Dialah neneknya TK-TPA

Dialah Neneknya TK-TPA (bagian 2 dari 2 Tulisan)
Oleh
Komari Bin Karmani

Amanah sebagai Ketua lembaga Muslimah Wahdah Islamiyah Gowa.
Selama 2 periode penuh selama 8 tahun, dia diberi amanah menjadi ketua Lembaga Muslimah. Semua program-program kerja lembaga dirancang untuk mensukseskan program pendidikan al-Qur'an yang digelutinya. Jiwa raganya, perhatian bahkan hampir setiap tarikan nafasnya selalu berorientasi pada pendidikan al-Qur'an, dia begitu menjiwai bidangnya ini. Apatah lagi sang suami kala itu menjabat ketua LPTKA (lembaga pembinaan TK-TPA al-Qur'an) yang kemudian menjadi ketua DPC Wahdah Islamiyah Gowa; menjadikan pendidikan al-Qur'an sebagai program utama. Walaupun program-program lainnyapun juga mendapatkan perhatian dan bisa berjalan.
Sebagai ketua Lembaga Muslimah dengan anggota pengurus lain yang sebagian besar adalah binaan-binaannya, menyebabkan hampir semua ide-idenya menjadi sebuah keputusan Lembaga Muslimah, termasuk memasukkan tim Dirosa akhwat dalam struktur kepengurusan Lembaga Muslimah. Dengan tim ini, Lembaga Muslimah Gowa aktif bergerilya mendatangi masyarakat untuk dibina melalui program Dirosa (Dirasah Orang Dewasa). Siapapun dari elemen kaum muslimin diajak kerjasama dalam program pembinaan, seperti para ketua majelis taklim, tokoh-tokoh masyarakat, istri-istri pejabat bahkan lembaga islam lain.
Lembaga muslimah di bawah kepemimpinannya seakan-akan hidup, bergerak melakukan kerja-kerja dakwah. Semua personil Lembaga Muslimah baik yang lama maupun yang baru dikerahkan sebisa-bisanya untuk membina kaum Muslimin. Bagi yang belum PD (percaya diri) atau yang masih rendah PD-nya, diadakan aneka pelatihan-pelatihan secara rutin berkala; agar mereka siap terjun ke masyarakat untuk berdakwah melalui program Dirosa (Dirasah Orang Dewasa). Dan banyak di antara pembina Dirosa yang berhasil membina dirinya menjadi seorang da’iyah/ muballighot.
Bukti lain keseriusannya dalam pendidikan al-Qur'an adalah kegiatan kursus tartil al-Qur'an dan studi banding TK-TPA di pulau Jawa yaitu AMM Yogyakarta (balitbangnas LPTQ; pusat IQRA’), Yayasan Raudhatul Mujawwidin Semarang (pusat metode Qiroaty) dan Pesantren Virtual Al-Qur'an Nurul Falah Surabaya (pusat metode Tilawati). Kegiatan ini dilaksanakan sebanyak 2 kali angkatan yang diikuti oleh tidak kurang dari 15 pasang (suani istri) pengajar al-Qur'an di TK-TPA maupun Dirosa dengan biaya yang sebagian besar ditanggung oleh lembaga.

Ujianpun akhirnya datang.
Sudah menjadi sunnatullah, bahwa setiap manusia akan mendapatkan ujian yang sesuai dengan kadar keimanannya.
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوْا أَنْ يَّقُوْلُوْا ءَامَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُوْنَ
Artinya : Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi (QS. Al-Ankabut : 2).
Orang –orang yang beriman pasti akan mendapatkan ujian, sebagai pembuktian keimanannya; apatah lagi bagi orang-orang yang menyatakan dirinya sebagai da’i/da’iyah yang memperjuangkan agama Allah .
Pembinaan di Gowa dengan berbasiskan pada pendidikan al-Qur'an, ternyata mendapatkan tanggapan yang luar biasa dari masyarakat. Di samping memasyarakatkan manhaj salaf, juga memperkenalkan lembaga Wahdah Islamiyah dengan berbagai ciri khasnya, seperti jilbab besar bahkan cadar, kaos kaki dan lain-lain. Masyarakat menjadi terbiasa dengan penampilan-penampilan seperti itu, dan dapat bergaul dengan mereka.
Selain tanggapan positif juga ada tanggapan-tanggapan yang miring, yang mencari kelemahan-kelemahannya. Dia dituding-tuding sebagai orang mencari popularitas lewat wahdah, mendompleng wahdah, mencari keuntungan pribadi dengan menerbitkan buku-buku. Kata-kata seperti ini meluncur deras bagaikan anak panah lepas dari busur, menghunjam dada dan mencabik-cabiknya. Kenapa kata-kata yang pedas seperti itu harus keluar, tidak adakah kata-kata yang lebih santun. Hatinya sakit sekali seiring makin melemahnya fisik, karena infeksi saluran kencing dan sakit gulanya. Kata-kata pedas itu selalu menginyang-inyang di telinganya, bahkan sampai berbulan-bulan lamanya.
Apakah yang mereka tuduhkan itu benar ? Apakah benar dirinya sudah memanfaatkan Wahdah untuk kepentingan pribadinya ? Jika memang benar maka sungguh celakalah . Semua jerih payahnya akan sia-sia.
Hanya kepada Allah-lah dia mengadukan semua semuanya. Dengan seksama suami mendengarkan semua aduan sang istri. Kemudian memberikan arahan dan hiburan; bahwa dalam dakwah pasti ada tribulasi-tribulasi, tidak usah terlalu difikirkan. Tidak boleh mundur dari perjuangan, apatah lagi sampai menarik dukungan atau meninggalkan Wahdah Islamiyah. Tidak boleh ada dendam, kita adalah kader-kader Wahdah Islamiyah yang sama-sama berjuang untuk Islam, kita masih mengganggap Wahdah sebagai lembaga yang paling cocok dengan kita. Kita berdakwah untuk Allah , mencari ridha-Nya bukan untuk mencari keridhaan manusia. Jika teman-teman di Wahdah menganggap baik dan mau mengembangkan, maka mari kita sama-sama kembangkan. Jika mereka tidak berkenan, kita bisa kembangkan sendiri. Kita sudah lihat tanggapan masyarakat tentang Dirosa yang begitu antusias.
Berdasarkan semua pertimbangan, maka ketua DPC Wahdah Islamiyah Gowa-kala itu adalah suaminya sebagai ketua- memberikan solusi bahwa untuk sementara tim Dirosa akhwat berada satu atap dengan tim Dirosa Ikhwan yaitu dibawah koordinasi LP3Q Gowa, sambil menunggu kebijakan dari DPP Wahdah Islamiyah.

SK itu menjadi obat duka lara.
Waktu terus berjalan, mengikuti sunnatullah. Manusia hanya bisa merencanakan, bisa berbuat tetapi hasilnya mutlak di tangan Allah . Manusia tidak tahu ada apa dibalik semua peristiwa yang terjadi. Apa hikmah dari semua ini, dan bagaimana kelanjutannya. Semuanya hak mutlak di tangan Allah  .
LP3Q DPP Wahdah Islamiyah sebagai lembaga penanggungjawab pendidikan al-Qur'an dengan garapan TK-TPA, pendidikan al-Qur'an orang dewasa, dan tahsinul qira’ah; membentuk tim telaah terhadap metode pengajaran al-Qur'an bagi orang dewasa yang merupakan hasil karya karya kader Wahdah Islamiyah. Tugas tim adalah menelaah dan memutuskan metode mana yang lebih layak dipakai dan ditetapkan sebagai program nasional Wahdah Islamiyah. Dan keputusan tim telaah menetapkan bahwa Dirosalah yang layak dipakai bagi semua kader Wahdah Islamiyah pada pengajaran al-Qur'an orang dewasa.
Lega, gembira, bahagia, dan aneka perasaan suka cita menyelimutinya, begitu pula anggota tim Dirosa lainnya. Ada kesempatan bagi Dirosa secara legal kelembagaan untuk berkembang di semua binaan Wahdah Islamiyah seluruh Indonesia. Terlebih lagi dengan turunnya SK (surat Keputusan) DPP Wahdah Islamiyah tentang Dirosa kemudian diikuti dengan acara Lounching Dirosa dan lokakarya nasional LP3Q ; membuat dia seakan-akan telah melupakan semua duka lara selama ini. Apatah lagi dalam acara tersebut, dia mendapatkan penghargaan sebagai Pelopor pendidikan al-Qur'an Wahdah Islamiyah bersama 5 ustadz lainnya.
Bersama suami-yang sekarang diberi mandat sebagai ketua LP3Q DPP Wahdah Islamiyah- dia kawal Dirosa dan TK-TPA hingga benar-benar eksis di seluruh cabang/binaan. Pelatihan demi pelatihan diadakan, dari daerah satu ke daerah yang lain terus digalakkan. Sulsel, Sulbar, Sultra, Sulteng, Kaltim, Jawa dan Papua Barat telah dijelajahi. Bukan semata-mata agar Dirosa dan TK-TPA bisa diterapkan di sana tetapi lebih dari itu, bahwa Dirosa dan TK-TPA menjadi sarana rekrutmen kader dan jembatan bagi pembinaan kepada masyarakat, yang akan mempercepat eksistensi Wahdah Islamiyah di daerah. Walaupun begitu, tim Dirosa akhwat Gowa tetap konsisten memberikan pembinaan-pembinaan kepada masyarakat Gowa dengan menyebarkan tidak kurang dari 50 tenaga ustadzah.

Tetap eksis di dunia TK-TPA.
Jiwanya begitu terpaut dengan TK-TPA, hampir setiap tarikan nafasnya, denyutan jantungnya dan lintasan fikirannya selalu mengarah kepada TK-TPA. Dia terus berupaya ada inovasi-inovasi dalam pendidikan al-Qur'an di TK-TPA sehingga kualitas santri bisa meningkat. Rapat kecil-kecilan bersama suami, diskusi membicarakan upaya peningkatan kualitas pengajaran TK-TPA selalu dilakukan setiap waktu. Banyak perbincangan-perbincangannya mengarah ke TK-TPA. Seperti gayung bersambut, sang suami mampu mengimbangi semua ide-idenya yang muncul kapan saja.
Setelah lepas dari semua jabatan di Lembaga Muslimah, dia kembali membuat gerakan baru di TK-TPA yaitu pengajaran baca al-Qur'an metode Tilawati. Perkenalannya dengan metode Tilawati terjadi tanpa di sengaja. Berkat jasa seorang temannya di Ngawi, dia diperkenalkan dengan penulis metode Tilawati dan sempat beliau memberikan presentasi tentang metode Tilawati di Sragen pada jam 22.00 wib. dihadapan para Pembina Dirosa yang sedang studi banding dan kursus tartil al-Qur'an di AMM Yogyakarta. Rupanya dia tertarik, karena proses pengajaran metode Tilawati sangat mirip dengan Dirosa yang dia kembangkan. Setelah presentasi kedua metode Tilawati oleh Penulisnya dihadapan Ustadz/ah TK-TPA binaan LP3Q Gowa, mantaplah untuk mempelajari lebih lanjut, maka diberangkatkanlah rombongan Ustadz/ah untuk kursus standarisasi pengajar al-Qur'an metode Tilawati di Surabaya. menerapkan dan menguji dan membandingkan. Hasilnya, bahwa metode Tilawati mempunyai banyak kelebihan dibanding metode lainnya. Penerapan metodeTilawati di TK-TPA Nurul Istiqamah kemudian diikuti oleh TK-TPA lainnya. Apatah lagi setelah suaminya ditunjuk oleh Tilawati Pusat di Surabaya sebagai Ketua cabang Tilawati di Gowa; seakan mendapatkan payung baru untuk lebih berkreasi ataupun berkarya. Dibentuklah tim Tilawati baik ikhwan maupun akhwat, yang bertugas mengadakan pelatihan-pelatihan Ustadz/ah demi peningkatan kualitas santri. Sistem pelatihan Ustadz/ah dirancang dan diterapkan, dengan sistem baru.
Dialah Ummu Sunarsih atau biasa dipanggil dengan Mbak Narsih, kini dia hidup bahagia bersama suami dan 2 putrinya. Di rumahnya yang sederhana itu di dekat jembatan kembar Sungguminasa ada TK-TPA Nurul Istiqamah, ada KKI akhwat yang dia tangani, ada pelatihan-pelatihan Ustadz/ah TK-TPA secara berkelanjutan, ada juga konveksi pakaiannya sebagai penopang ekonomi keluarga. Selamat berkarya…… ustadzah. Lanjutkan perjuanganmu. Ummat masih sangat membutuhkan tenagamu. Maju terus, pantang mundur. Tenagamu masih sangat dibutuhkan dalam dunia Spendidikan al-Qur'an.

Dilah neneknya TK-TPA

Dialah Neneknya TK-TPA
( Ummu Sunarsih Binti Hardjo Suwito)Bagian (1)dari 2 bagian
Oleh
Komari Bin Karmani

Anak ke Sembilan dari sebelas bersaudara pasangan Harjo suwito dan Harjo Supinah ini lahir di sebuah desa perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah bernama Jatisumo kecamatan Sambung macan Kabupaten Sragen. Sejak kecil sudah menampakkan banyak kelebihan. Dan sekarang, tidaklah mengherankan jika banyak orang menyebutnya dengan sebutan neneknya TK-TPA. Betapa tidak, sejak pertama gerakan TK-TPA bergulir di Sulawesi selatan pada awal tahun 90-an sampai saat ini, dia masih tetap eksis membina TK-TPA walau aneka hambatan, rintangan serta amanah dakwah lainnya telah dia pikul; bahkan telah tiga kali TK-TPA pindah tempat karena kepindahannya ke rumah yang baru. Dia geluti dunia TK-TPA mulai masa remajanya hingga sekarang tanpa bergeser sedikitpun dari dunianya ini. Bukan saja dia sebagai pengelola TK-TPA saja, tetapi perhatiannya terhadap upaya peningkatan mutu pendidikan al-Qur'an di TK-TPA tak pernah berhenti. Banyak ustadzah datang atau menelpon atau sms menanyakan sesuatu dan konsultasi tentang TK-TPA.
Bahkan kiprahnya di TK-TPA semakin dia kembangkan bukan saja terbatas pada kalangan anak-anak semata, tetapi telah menyentuh kalangan remaja dan orang tua. Dirosa (Dirasah Orang Dewasa) dan buku-buku panduan bagi santri-santri TK-TPA adalah karya monumentalnya, dan tak mengherankan jika dia mendapatkan penghargaan sebagai pelopor pendidikan al-Qur'an dari DPP Wahdah Islamiyah tahun 2009 bersama 5 ustadz lainnya.

Perjalanan mendapatkan hidayah
Dia terlahir dari keluarga kurang mampu dan dalam suasana kehidupan desa yang belum tersentuh dakwah. Fokus kehidupan keluarga adalah mencari nafkah agar dia bisa bertahan hidup sampai esok hari. Sejak kecil telah terbiasa dan terlatih untuk hidup susah dan menderita. Dengan kedisiplinan yang tinggi, dia dan saudara-saudaranya bersama-sama bantu membantu mencari nafkah untuk menanggung beban keluarga. Masa kecilnya dilalui dengan banyak bekerja, bahkan pernah menjadi pembantu rumah tangga ketika kelas 3 SD dan berhenti sekolah.
Dua tahun kemudian dia melanjutkan sekolah dan langsung masuk kelas 5 SD dengan biaya hasil gajinya sebagai pembantu rumah tangga. Ini dijalaninya sampai masuk SMP dan SMA. Di sela-sela waktunya, dia berjualan untuk membiayai sekolah juga membantu penghidupan keluarga. Tiga tahun lamanya dia mengayuh sepeda setiap hari kurang lebih 22 Km pulang pergi sekolah dari jam 6 pagi sampai jam 2 siang. Tidak jarang dia harus menahan haus dan lapar saat belajar karena pagi belum sarapan dan tanpa uang saku. Bahkan terkadang ban sepedanya kempes di tengah perjalanan dan harus didorong sampai tiba di rumah.
Nabi  bersabda yang artinya siapa saja yang diberikan petunjuk, maka tak seorangpun dapat menyesatkannya, barang siapa yang disesat maka tak seorangpun dapat memberikan petunjuk. Sesungguhnya petunjuk itu adalah petunjuk Allah  . Sangatlah sesuai dengan keadaannya. Ketika petunjuk itu datang, tiba-tiba dia mempunyai kemauan yang sangat kuat untuk belajar agama, untuk mengaji, untuk shalat 5 waktu, untuk memakai kerudung; yang berbeda dengan teman-teman sebayanya bahkan berbeda dengan saudara-saudaranya yang lain.
Untuk bisa belajar mengaji, dia harus menyelesaikan terlebih dahulu semua beban tugas rumahnya yaitu membuat krupuk atau mengupas ubi untuk dibikin menjadi tape. Tak jarang dia mendapatkan marah, bentakan, bahkan pukulan dari kedua orangtuanya manakala dia terlambat pulang dari musholla tempatnya mengaji. Bahkan ketika mengaji di rumah atau melaksanakan shalat, tetap mendapat omelan karena dianggap anak malas tidak mau bekerja. Tapi dia tetap bertahan dan maju terus, sampai akhirnya dia mampu membaca al-Qur'an, melaksanakan sholat lima waktu dan lain-lain; yang di kampungnya hal tersebut tergolong masih langka.
Tidak sampai disini saja, jiwanya mulai terpanggil untuk mengumpulkan teman-teman sebayanya, diajar mengaji, diajak aktif pengajian di masjid; masjid-masjid dan musholla-musholla diaktifkan, dilaksanakan shalat, belajar shalat, belajar mengaji. Geliat remaja putra-putri mulai nampak. Para muballighpun secara bergiliran datang ke kampungnya memberikan ceramah agama. Tak jarang gadis kelas 3 SMP ini tampil di depan teman-temannya untuk memberikan semangat belajar islam atau hanya sekedar sebagai protokol, atau mengisi waktu menunggu muballigh datang. Pernah suatu kali karena muballigh belum datang, dia tampil untuk mengisinya, tapi kenapa sudah beberapa lama, muballigh yang ditunggu-tunggu tidak juga datang. Dia lanjutkan terus ceramahnya,dan di luar dugaannya ternyata di penghujung waktu, sang muballigh datang dan sempat memberikan materinya sekitar 5-10 menit. Bukan mengisi pengajian yang beliau bawakan tetapi informasi kenapa beliau terlambat datang. Beliau sengaja tidak segera masuk ruangan dan memilih duduk di luar sambil mendengarkan ceramah yang ada di dalam. Beliau kagum akan keberaniannya, cara berceramahnya; beliau mengatakan “telah lahir dari Jatisumo seorang muballighot baru”. Mendengar penjelasan sang muballigh, dia tersipu-sipu malu namun tersanjung dan menambah semangatnya untuk bisa lebih baik lagi.
Selang beberapa hari, sang muballighpun datang ke rumahnya dan mengajaknya untuk ikut dalam kegiatan Training di luar kota yang diadakan oleh Pelajar Islam Indonesia (PII) mewakili Kabupaten Sragen. Seperti kebanyakan anak-anak seusianya, pergi ke kota lain adalah impian, apalagi ada orang yang akan menanggung semua biaya dan akomodasinya. Tanpa fikir panjang, tawarkan ini diterimanya dan kedua orangtuanyapun terpaksa menyetujuinya.
Sepekan dia ikuti training itu. Disitulah untuk petama kalinya dia bertemu dengan teman-teman baru perwakilan kabupaten-kabupaten lain se-Jawa Tengah. Disitulah dia dapatkan pelajaran-pelajaran agama secara global, pelajaran fiqh, akhlak, harakah islamiyah, masalah dakwah, menghafal al-Qur'an dan hadits; dan lain-lain. Di training itu pula dia dapatkan gemblengan untuk menuntut ilmu islam, kemudian mengamalkan dan mendakwahkannya. Terobatilah semua kehausannya selama ini. Hidayah yang selama ini dia perjuangkan, seakan-akan telah ada tempat penyalurannya.
Akhirnya, di PII-lah dia bergabung, belajar, berdakwah, bergaul; sempat menjabat sebagai koordinator PII wati (akhwat) kabupaten sragen sampai dia selesaikan pendidikannya di MAN Negeri Mantingan tahun 1987.

Hijrah ke Makassar.
Tujuan hijrah ke Makassar, tidak lain karena ingin melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi, karena mustahil bila masih di kampung. Disamping harus ke Solo, Yogyakarta atau Semarang untuk kuliah; juga tak ada dana untuk biaya kuliah. Jadilah Makassar menjadi tujuannya, karena beberapa saudaranya telah lebih dahulu ke Makassar merantau mencari nafkah dengan berjualan bakso dan jamu; dia bisa mencari biaya kuliah sendiri sambil dibantu pula oleh saudara-saudaranya yang lain.
Tahun 1988 dia mantapkan kakinya menginjak Makassar dan fakultas tarbiyah IAIN jurusan PAI menjadi pilihannya. Berbagai cara dia upayakan untuk mendapatkan biaya kuliah, mulai berjualan aneka pakaian, kerudung, menjahit bahkan berjualan bakwan dan pecel. Semua itu dijalaninya dengan penuh semangat dan penuh harapan agar cita-cita dapat tercapai. Akhirnya, setelah empat tahun dia lewati dengan kerja keras, belajar keras dengan berbagai suka dan duka, dia berhasil menyelesaikan kuliahnya dengan nilai yang sangat memuaskan.

TK-TPA Al Aulad adalah awal perkenalannya dengan manhaj salaf.
Semasa kuliah, berbagai kegiatan kemahasiswaan dia ikuti, termasuk aktif dalam kegiatan PII propinsi Sulawesi selatan, yang melanjutkan aktifitasnya di Sragen. Pada 15 Juli 1990 dia membuka taman pengajian anak-anak dengan nama Nurul Istiqomah di tempat tinggalnya Jl. Syamsuddin Tunru Sungguminasa. Di sinilah tempat untuk menyalurkan segala aspirasi dakwah baik di kalangan anak-anak maupun orang dewasa. Nurul Istiqomah mendapatkan dukungan dari masyarakat dan keluarga.
Di kampus IAIN, dia berkenalan dengan Ust. Umar Sholeh karena sering konsultasi tentang mata kuliah bahasa Arab. Dari hasil konsultasi ternyata dia dan ust Umar memiliki banyak kesamaan tentang pangajaran al-Qur'an. Suatu kebetulan, Ust. Umar sementara merintis TK-TPA Al-Aulad di Jl. Andi Tonro dengan menerapkan metode baru pengajaran baca al-Qur'an “ Metode Iqra’; jadilah gayung bersambut. Dia mendapatkan ilmu tentang Metode Iqra’ dari ust Umar, dan Ust Umar-pun mendapatkan seorang pengajar TK-TPA Al Aulad yang sangat berpotensi.
Berawal dari pertemuan para Pembina, perbaikan bacaan, terbentuklah kelompok belajar yang kemudian dikenal dengan KKI (kelompok kajian islam) atau kelompok tarbiyah. Dari sinilah dia mengenal manhaj salaf, dari sinilah dia mulai rasakan pentingnya belajar islam secara intensif. Dari kalangan akhwat, dia termasuk kelompok awal (as-sabiqunal-awwalun) yang ikut tarbiyah. Dia masih dapatkan murabbinya adalah ustadz/ikhwan yang mengisinya dan belum ada hijab.
Ustadz Umar sholeh benar-benar mewarnai kehidupannya. Semua arahan-arahannya, nasehat-nasehatnya seakan-akan menyihirnya. Pola fikir, pola hidup dan pandangannya terhadap berbagai hal berubah total. Dia kubur dalam–dalam semua harapan orang tua dan saudara-saudaranya, agar dia bisa “mikul duwur mendem jero” menjadi pegawai negeri dan menjadi kebanggaan bagi keluarga karena satu-satunya yang sarjana. Dia nikmati betul keasyikan mengajar al-Qur'an pada santri-santri TK-TPA, apatah lagi ust Umar Sholeh sering memberi kesempatan kepadanya untuk menggantikan beliau dalam memberikan pelatihan-pelatihan di hadapan para ustadzah TK-TPA maupun para mahasiswi di berbagai perguruan tinggi. Jadilah dia seakan-akan mendapatkan “dunia baru” yang sesuai dengan jiwanya.

Perjuangan menegakkan “walimah” Pertama di Sungguminasa.
Tekanan dari pihak keluarga semakin gencar, seiring dengan semakin gencarnya dia melakukan aktifitas dakwahnya, yang tentunya tidak mendapatkan “gaji” darinya. Aneka omelan dia terima, bahkan ungkapan-ungkapan miring seperti apa gunanya sekolah tinggi kalau hanya jadi guru ngaji, lebih baik jual jamu dapat uang banyak. Dan masih banyak lagi, yang menyakitkan hati, yang ujung-ujungnya mendesaknya agar mau mendaftar menjadi pegawai. Berbagai alasan dia kemukakan, tetapi semuanya belum masuk dalam akal mereka. Apalagi tuntutan dakwah semakin besar, dengan semakin luas jangkauan garapannya yang meliputi Sungguminasa, Limbung, Bontonompo dan Takalar.
Dia mulai memikirkan seandainya ada “seseorang” yang bisa dia jadikan “imam” sekaligus menampung semua keluh kesahnya, menjadi mengayom juga memperkuat gerakan dakwahnya. Setelah melalui bincang-bincang dengan teman-teman dekatnya, kesimpulannya bahwa dia harus segera menikah. Tetapi dengan siapa dia akan menikah, bukankah wanita itu menunggu untuk dipinang ? Bukankah selama ini dia telah menjaga kehormatan dengan menjaga hijab dan tidak kenal pacaran sebagaimana kebanyakan anak-anak muda jaman sekarang? Bagaimana ini ? Apakah seandainya ia menikah, para saudaranya dapat menerimanya ? Apakah semua harapan-harapannya dapat terpenuhi ? Dan berbagai macam pertanyaan-pertanyaan yang menderanya.
Sholat, do’a dan konsultasi senantiasa dia lakukan untuk mengatasi problemnya. Jatuhlah pilihannya kepada seorang pemuda yang mempunyai peluang terbesar untuk diterima oleh keluarganya. Pemuda ini adalah seorang guru negeri yang sedang menyelesaikan kuliah S1-nya, dia mengajar TK-TPA, pernah berceramah, memiliki latar belakang yang sama dengannya yaitu kader PII dan ia orang Jawa. Tapi dia bukan “ikhwan”, bukan binaan, tidak tarbiyah, celananya masih isbal. Bisakah pemuda ini berubah menjadi “ikhwan” atau ustadz, bisakah ia diajak bersama-sama berdakwah ? Atau maukah ia diajak menegakkan “walimah” di tengah-tengah keluarga yang belum paham tentang walimah ? Apakah ia siap dan mau diajak walimah dengannya dalam waktu dekat ini ?
Tak ada salahnya jika dicoba. Peristiwa Khadijah yang mengajak Rasulullah  menikah melalui Maisyarah akan terulang lagi. Dia kuatkan diri, beranikan diri dan tawakkal kepada Allah  , dia sampaikan semua keinginannya kepada pemuda tersebut melalui sepucuk surat dan ternyata sambutannya luar biasa. Pemuda ini langsung menyetujuinya dan segera mengurusnya ke lembaga atau ke seorang ustadz. Semua proses telah dilaluinya dan tanggal walimahnyapun telah ditetapkan, tetapi lagi-lagi pihak keluarga menjadi batu sandungan. Mereka ingin acara menikahnya seperti saudaranya yang lain. Pesta besar-besar, disandingkan, dipajang di depan tamu laki perempuan, campur aduk, pakai pagelaran musik campur sari atau musik tradisional jawa. Mereka siap untuk membiayai semua itu dengan dana patungan sesama saudara. Berbagai macam alasan, penjelasan dan berbagai macam tehnik diplomasi telah ditempuh, tetapi keluarganya belum juga mau menerimanya.
Baginya, walimah adalah harga mati. Dia harus perjuangkan dan laksanakan walau keluarga tidak menyetujuinya. Dia maju dengan idealisme dan siap dengan segala resikonya. Semua saudara perempuan dan ipar perempuan mendukungnya, sedangkan saudara laki-laki dan ipar laki-laki mengancam akan memboikotnya.
Tanggal 11 September 1993 tercatat sebagai hari walimahnya. Acara pernikahan berlangsung dengan sangat sederhana, yang diharapkan sesuai dengan sunnah nabi. Insidenpun hampir terjadi karena pak imam yang akan menikahkan memaksa untuk melihat langsung mempelai wanita, yang kala itu di kamar. Dengan terpaksa, ayah penganten wanita mendampingi pak Imam masuk ke kamar untuk minta tanda tangannya terhadap surat-surat yang diperlukan.
Setelah walimah, beberapa masalah telah terselesaikan terutama yang menyangkut keluarga. Tidak ada lagi hak saudara-saudaranya untuk memaksanya agar menjadi pegawai. Sekarang bisa fokus untuk berdakwah bersama sang suami. Tetapi problem baru akhirnya muncul. Persoalan yang menyangkut suaminya. Sang suami yang belum “ikhwan”, belum tarbiyah, belum “ustadz”; ini juga terbukti dalam aplikasi pelaksanaan agama dalam kesehariannya. “ Mbak ini, terlalu berani dan tak sabaran, padahal sedang dicarikan” begitu ucap salah satu pembinanya. Tapi keputusan telah diambil, pemuda yang baru dikenalnya telah menjadi suaminya maka dia bertekad untuk membantu suami agar bisa menjadi “imam”nya dalam mengarungi kehidupan, menjadi “ustadz” yang bisa diajak berbagi tugas dalam dakwah.
Berbagai macam upaya dilakukan agar tujuan ini tercapai seperti mencarikan tempat tarbiyah, silaturrahmi yang intens ke para ustadz, diajak terlibat dalam pengelolaan dakwah, mengajar TK-TPA bersama, kursus tartil al-Qur'an di AMM Yogyakarta dan lain-lain. Di samping upaya-upaya manusiawi, tak lupa do’a selalu dipanjatkan kepada Allah swt sebagai dzat yang memegang hati setiap manusia. Dia yakin bahwa suaminya akan mampu memenuhi harapan-harapannya. Setelah kurang lebih 3 tahun, dengan usaha yang pantang menyerah; terlihat ada tanda-tanda yang menggembirakan. Hampir semua syarat-syarat agar disebut “ikhwan” telah ada pada suaminya. Dia telah berhasil pula memaksa suaminya untuk menjadi “murabbi” yang mengisi tarbiyah bagi para suami dari akhwat binaan.

Perintisan TK-TPA dan tarbiyah-tarbiyah di Gowa.
Sejak masa lajangnya, dia merintis TK-TPA Nurul Istiqomah di Jl harapan sungguminasa dan KKI akhwat yang rata-rata pesertanya adalah para ustadzah TK-TPA. Seakan-akan TK-TPA dan tarbiyah merupakan satu paket yang tak terpisahkan. Kepada para peserta tarbiyah yang belum memiliki TK-TPA, dirangsang untuk segera mendirikan. Dia bimbing, arahkan, tatar,latih bahkan dijadikan sebagai kelas jauhnya TK-TPA Nurul Istiqomah sampai benar-benar ia mandiri. Bagi para ustadzah TK-TPA yang tergabung dalam LPTKA terutama yang dari Gowa dianjurkan mengikuti tarbiyah.
Bersama suami, dia rancang strategi dakwah yang bukan saja di sungguminasa tetapi melebar ke beberapa tempat yang sangat potensial di sekitar Sungguminasa, seperti Bontoramba, Bontobaddo, Borongkaluku, Panciro dan Sumanna. Di buka TK-TPA-nya, kemudian dibuka kelompok tarbiyah dan juga POS (pengajian orang tua santri). Dia datangi tempat-tempat tersebut secara rutin, walau medan jalanan belum semuanya bersahabat; ada yang berbatu-batu atau becek jika hujan. Semua itu tidak menyurutkan semangatnya dalam berdakwah, terlebih suami selalu memberikan semangat dan terus terlibat dalam gerakan dakwah yang digelutinya. Sampai-sampai dia mengalami 2 kali keguguran. Bahkan dia berhasil “membangunkan” kembali para aktivis dakwah, para binaan lama; yang telah sekian lama “tertidur lelap” dari aktifitas dakwahnya.
Tak bisa dia lupakan kejadian saat pulang dari mengisi tarbiyah di Borong Kaluku. Dengan diantar suami dan ditemani putrinya, di tengah perjalanan ban motor kempes. Mau kembali ke tempat semula, sudah jauh; mau lanjutkan perjalanan sampai ada bengkel juga masih 2 Km lagi. Sementara badan sudah capek, ada anak kecil pula. Akhirnya diputuskan untuk melanjutkan perjalanan dengan sekali-kali istirahat, sedangkan suami jalan terus dengan motor kempes didorong sampai di bengkel. Bermandikan peluh dan keringat, akhirnya selesai juga ban di tambal dan dijemput oleh suami setelah berjalan cukup jauh.
Banyak kisah manis ketika berdakwah di daerah perkampungan, yang mayoritas binaan adalah petani. Ketika pulang, dia kewalahan membawa oleh-oleh sayur mayur dari para binaan. Gantungan motor kiri kanan penuh, di depan penuh, ada juga yang harus dipangku. Ada daun ubi, kangkung, kacang panjang, labu dan lain-lain; bahkan mereka merasa gembira jika pemberian itu di bawa pulang. Sehingga terjalinlah hubungan baik dengan para binaan dan akhirnya mereka mudah menerima dakwahnya.
Strategi terpadu TK-TPA , tarbiyah, POS, Majelis taklim rupanya cukup berhasil, maka dia mulai melirik strategi lain yang membuat lebih berhasil lagi. Pertama, menikahkan akhwat binaan dengan ikhwah dan tinggal di situ sebagai Pembina TK-TPA, POS dan tarbiyah. Kedua, mengambil akhwat binaan di daerah-daerah untuk tinggal di rumahnya; melanjutkan pendidikan, dilatih terlibat dalam pengelolaan TK-TPA, dan tarbiyah; yang nantinya akan membuka TK-TPA dan melakukan pembinaan lainnya di kampung masing-masing. Ketiga, menyusun buku-buku panduan TK-TPA seperti materi hafalan santri, ibadah praktis, sirah nabawi, akidah islam, akhlak anak islam, ulumul qur’an. Keempat, mengembangkan sistem pembinaan islam bagi para pemula yang disebut dengan Dirosa (Dirasah Orang Dewasa); menyusun buku-buku panduan dan pengelolaannya, serta melatih tenaga-tenaga pengajarnya.
Buku-buku TK-TPA yang disusun bersama suaminya telah dicetak berulang kali dan menjadi buku alternatif dalam pembinaan di TK-TPA; bukan saja di kalangan Wahdah Islamiyah tetapi juga bagi lembaga-lembaga lain. Sedangkan Dirosa (Dirasah Orang Dewasa) mendapatkan sambutan yang luar biasa dari para kader ikhwan akhwat, dan menjadi model pembinaan baru yang langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat bawah (awam). Dalam kurun waktu 2004-2010 di Gowa telah dapat dientaskan dari buta baca al-Qur'an sebanyak lebih dari 2.667 orang yang tersebar dalam 140 kelompok; yang setiap tahunnya diadakan acara tasyakuran dengan melibatkan unsur tokoh masyarakat dan pemerintah.

86 % warga Kampung binaan Wahdah Islamiyah laksanakan Kurban tahun ini

21 ekor sapi kurban oleh Jamaah masjid Al-Mujahidin Bontobaddo

Bontobaddo adalah sebuah nama kampung di kelurahan Bontoramba kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa sulsel, 5 km sebelah timur ibukota kabupaten Gowa Sungguminasa. Daerah ini dihuni oleh kurang lebih 170 KK dengan mata pencaharian mayoritas adalah petani, penjual sayur dan buruh bangunan. Kehidupan mereka rata-rata tergolong kekurangan walaupun sebagiannya ada yang berkecukupan.
Namun dibalik kehidupan yang bersahaja ini, Bontobaddo menyimpan keistimewaan yang luar biasa yang tidak dimiliki oleh kampung-kampung lain. Sejak tersentuh dakwah dengan sistem tarbiyah tahun 95-an yang lalu, Bontobaddo terus berbenah, memperbaiki kualitas diri yang dimulai dari pribadi-pribadi, keluarga kemudian masyarakat. Kehidupan keagamaan sangat terasa di kampung ini. Masjid Al Mujahidin-satu-satunya masjid di kampung ini-menjadi saksi akan hal ini, jamaah shalat 5 waktunya selalu ramai, taklim-taklim secara rutin dilaksanakan. Bontobaddo adalah kampung yang mempunyai stok ustadz terbanyak se-kecamatan atau mungkin se-kabupaten walaupun profesi hariannya adalah petani, penjual sayur keliling atau buruh bangunan. Anak-anak mengaji di TK-TPA. Jilbab besar, cadar adalah pemandangan yang selalu kita jumpai di sudut-sudut Bontobaddo; di jalan-jalan, kebun bahkan di sawah-sawah. Tak mengherankan jika sebagian orang menyebut Bontobaddo sebagai daerah kantongnya Wahdah Islamiyah.
Lagi-lagi, tahun ini, Bontobaddo memperlihatkan lagi kelasnya, sebagai kampung yang terus meng-Islamkan dirinya. 21 ekor sapi telah dikurbankan oleh warga Bontobaddo, setelah tahun lalu baru 10 ekor sapi kurban. 147 KK telah berkurban tahun ini, yang berarti 86 % lebih dari jumlah KK. Sebuah prestasi yang luar biasa yang dapat dijadikan barometer sejauh mana pemahaman agamanya serta aplikasi dalam sehariannya.
Selamat…… Bontobaddo, lanjutkan pembinaanmu, buatlah Murabbi-Murabbiyah pertamamu tersenyum dan terus mendapat kiriman pahala Allah swt, karena engkau selalu berbuat kebaikan.

Administrasi Praktis TK-TPA

Administrasi Praktis TK-TPA
Oleh
Dra. Sunarsih

1. Manajemen Administrasi
6 Komponen : Diproses / diolah :
a. Planning
b. Organizing
c. Derecting
d. Coordinating
e. Controlling
f. Evaluating
2. Manajemen Operatif (Bid. Garapan)
• Adm. Santri
• Adm.Pengajaran
• Adm. Personalia
• Adm.Perlengkapan
• Adm. Keuangan
• Adm. Persuratan dan Kearsipan
• Adm. Perpustakaan
• Adm. Hub. Kemasyarakatan
3. Adm. Santri
• Santri Baru
• Absen Santri
• Raport
• Daftar kelas
• Blangko kenaikan jilid
• Kartu-kartu
4. Adm.Pengajaran
• Pengadaan buku Kurikulum / kalender akademik
• Intra kurikuler ( terlampir di mat. Hafalan santri)
• Ekstra kurikulum ( disesuaikan-buat sendiri)
Penjabaran tujuan pendidikan/ TIK-TIU
Contoh TIK terlampir ( buku catatan harian)
• Penyusunan jadwal mengajar dan pembagian tugas
Kenaikan jilid, penanganan kasus dan lain-lain
• Perkembangan kemajuan belajar santri
Rembuk harian, rapat pekanan, rapat bulanan, semesteran, akhir tahun.
5. Adm. Personalia
Tugas masing-masing person pengurus
6. Adm.Perlengkapan
Pengadaan hal-hal yang dibutuhkan
7. Adm. Keuangan
Bendahara
8. Adm. Persuratan
Sekretaris LP3Q
9. Adm. Perpustakaan dan Hub. Kemasyarakatan.
10.

Konsep Dasar TK-TP Al-Qur'an

Konsep Dasar TK-TPA
Oleh
Komari, S.Pd
Ketua LP3Q DPP Wahdah Islamiyah

Cakupan Bahasan
1.Potret santri TK-TPA.
2.Lintasan Sejarah TK-TPA
3. Problem Pendidikan al-Qur’an
4. Konsep Taman di TK-TPA

Potret Santri TK-TPA
Lintasan Sejarah TK-TPA
TK-TPA Raudhatul Mujawwidin Semarang = Metode Qiro’aty = Perintis TK-TPA
AMM Yogyakarta = Balitbang LPTQ Nasional = Metode Iqra = Pengembang TK-TPA
BKPRMI = Munas Di Surabaya = TK-TPA menjadi program andalan = menyebar ke seluruh penjuru tanah air.
Lembaga-lembaga dakwah lain ikut meramaikan = membina TK-TPA .

Problem Pendidikan al-Qur’an
1. Guru mengaji makin langka.
2. Dana yang terbatas.
3. Pengelolaan yang apa adanya.
4. Kalah bersaing dengan pengaruh-pengaruh dari luar seperti TV, film, Video, radio, Game dan lain-lain.
5. Pendidikan agama di sekolah-sekolah formal sangat kurang waktu dan porsinya.
Konsep Dasar TK-TPA
Konsep = gagasan, ide yang terencana, teratur, punya target (jangka pendek-panjang).
T = Taman
P = Pendidikan
A = al-Qur’an
Pengertian
Secara filosofi, " Taman " adalah tempat yang Indah, Bersih,Rapi, Nyaman dan menyenangkan.
T = Taman
suatu tempat yang ditanami aneka tumbuhan, ditata dengan rapi, dirawat,Yang melihat akan terpesona,
merasa nyaman, jadi betah, mau berlama-lama, dan jika berpisah hatinya selalu rindu ingin kembali.
P = Pendidikan
Suatu proses transfer nilai = pabrik; Proses transfer nilai bisa jalan jika terpenuhi 5 faktor, sebagai berikut :
1. Dasar
2. Tujuan
3. Pengajar
4. Santri- anak didik
5. Fasilitas- sarana pra sarana

TPA sebagai taman
Ditata = di kelompok – kelompokkan
Dirawat = disiram jika layu, dipupuk supaya subur.
Dirapikan = dipangkas, tertib
Indah:
1. Ruang belajarnya yang indah (diatur per kelas di masing-masing kelas, berseragam lengkap)
2. Pakaian santri dan ustadz-ustadzah (laki-laki: celana, baju panjang, songkok; wanita: jilbab sempurna, baju lengan panjang, rok atau jubah)
Rapi :
1. Penataan bangku-bangku belajar yang rapi.
2. Administrasi dikerjakan dengan baik dan rapi.
Bersih ;
1. Ruang belajar dan lain-lain di pel, disapu dan dilap berdasarkan regu kerja yang telah dibentuk.
2. Baju seragam dipakai setiap 2 hari.
Nyaman:
1. Ruang belajar dengan sirkulasi udara yang baik.
2. Jauh dari kebisingan kendaraan.
Menyenangkan:
1. Variasi metode pengajaran.
2. BCM.
3. Para Ustadz/ah yang supel, luwes, suka bergaul, dan menyenangkan.
Syukran
Wa jazakumullah katsiran

Metodologi Pengajaran Materi Penunjang


Metodologi Pengajaran Materi Penunjang TK-TPA
Oleh
Sunarsih

Cakupan Bahasan
• Pengertian
• Tujuan Materi Penunjang
• Metodologi Pengajaran secara Umum Materi Penunjang
• Praktek Pengajaran tiap materi Penunjang.

A. Apa yang dimaksud Dengan Materi Penunjang ?



B. Apa tujuan Pengajaran Materi Penunjang di TK-TPA ?
• Praktek sholat : pemberian pemahaman kaifiyah sholat
• Amalan Ibadah Shalat : pembiasaan tunaikan shalat
• Amal Harian : pembiasaan akhlak yang baik dalam aktifitas harian.
• Muatan Lokal ( ibadah praktis, sirah nabawi, akidah islam, akhlak anak islam); pengenalan dasar-dasar keislaman.

C. Metodologi Pengajaran Secara Umum Materi Muatan Lokal (Dinul Islam) TK-TPA
• Santri membaca secara bergantian terhadap materi yang ditargetkan.
• Ustadz/ah menjelaskan secara singkat materi tersebut dengan bahasa yang sederhana; disertai dengan aneka peraga yang ada, diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
• Tanya jawab tentang materi tersebut.

D. Praktek Pengajaran Materi Penunjang TK-TPA
Ibadah Praktis
- Penjelasan singkat tentang ibadah
- Thaharah
- Shalat
- Puasa
- Zakat
- Haji
Akhlak Anak Islam
- Pengertian akhlak
- Alloh
- rasul
- Al-Qur'an
- Orangtua
- Diri Sendiri
Akidah Islam
Pengertian akidah : al aqdu = Ikatan, percaya. Kalimat tauhid Laa ilaha illallah
- رَضِيْتُ بِاللهِ رَبّاً (*) وَبِالْإِسْلاََمِ دِيْناً (*) وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيّاً وَّرَسُوْلاً
Sirah Nabawi
- Penjelasan tentang sirah nabawi
- Masa perkembangan nabi Muhammad 
- Masa terutusnya sebagai nabi
- Peristiwa-peristiwa penting sebelum hijrah
- Rasulullah  dan kaum Muslimin hijrah ke Yatsrib
- Kehidupan baru di Madinah
- Wafatnya Rasul 

Langkah-langkah Mendirikan TKA-TPA

LANGKAH-LANGKAH PENDIRIAN DAN PENGELOLAAN TK-TPA
SEBUAH TINJAUAN PRAKTIS

A. Latar belakang
TK-TPA : Kemauan siapa ?
1. Da’i.
2. Masyarakat.
3. Sekolah.
4. Organisasi.
5. Person
Penjelasan :
1. Jika da’i sendiri yang mau, maka langkah awalnya sbb :
a. Mulailah dari keluarga: anak-anak, kemenakan, adik dll, usahakan paling sedikit 5 anak. Kemudian dikelola sebagaimana sistem TK-TPA .
b. Buat target-target yang akan dituju
2. Jika masyarakat, yang menghendaki , maka :
a. Tawarkan persyaratan-persyaratan (pengelolaan yang Anda miliki) dll, tidak bertentangan dengan Syar’i.
b. Gerakkan dan libatkan tokoh-tokoh masyarakat.
c. Siapkan sarana dan prasarana yang memadai.
d. Ajaklah masyarakat bermusyawarah dan bentuklah secara formal, hubungilah instansi terkait ( Imam desa, KUA, DEPAG, LP3Q DPP, dll ).
3. Sekolah.
a. Hubungilah guru-guru dan ajaklah kerjasama.
b. Mintalah fasilitas yang bisa dimanfaatkan.
c. Pilihlah metode yang sesuai.
d. Bentuklah secara formal.
4. Organisasi
a. Konsultasikan dulu dengan Pimpinan organisasi ( atasan ) minta pendapat dan pertimbangannya.
b. Berilah batasan sejauh mana bentuk kerjasama agar tidak terjadi tumpang tindih ( tabrakan) jadwal, komando, dan tujuan.

B. Perhatikan Sikon ( Situasi dan kondisi ).

1. Kuasai medan dakwah..
a. Daerah perkotaan.
- Pendidikan yang tinggi.
- Pegawai, pedagang, buruh , swasta.
- Fasilitasserba ada, ; media elektronik, a tau cetak.
- Berpengaruh terhadap akhlak; kasar, keras, suka membangkang, cepat pasrah/ menyerah.
b. Daerah pedesaan.
- Pendidikan yang rendah.
- Tani, peternak.
- Pekebun, nelayan.
- Fasilitas serba kurang.
- Berpengaruh terhadap akhlak; lembut, penurut, hormat dll.
Oleh karena itu, seorang Da’i harus pandai menempatkan dirinya, sekaligus mampu mencari solusi yang tepat dan cepat terhadap semua persoalan yang muncul.

2. Kuasai cara-cara pengelolaannya/ pendirian TK-TPA.
a. Bekalilah diri Anda dengan pengetahuan khusus ( Keahlian ) tentang TK-TPA. Misalnya kursus 1 bulan atau magang atau PPL ke TK-TPA yang sudah mapan, maju; studi banding tentang administrasi, aktivitas, pengelolaan dll.
b. Datalah santri yang ada ( minimal 10 santri ).
c. Carilah tenaga Pengajar ( dari elemen masyarakat yang mendukung ). Bentuklah kepengurusan, bekali mereka dengan pelatihan ( penataran ) ustadz/ah. Hubungi Tim Penatar LP3Q DPP atau Lembaga sejenisnya.
d. Setelah berjalan beberapa saat dan dipandang sudah layak diresmikan, maka kita buatkan acara peresmian ( bisa dirangkaikan dengan penamatan yang pertama / demo kemampuan santri) dan mengundang tokoh-tokoh masyarakat dan pejabat setempat.
e. Bimbinglah dan arahkan menurut jalurnya masing-masing :
- Santri belajar sesuai dengan program, kurikulum; harian, pekanan, semester.
- Ustadz/ah atau pengerus, jalinlah kerjasama yang harmonis, rapat harian rutin, pendalaman materi klasikal/ privat, kajian Islam Intensif.
- Masyarakat/ orangtua santri :
i. Adakan pengajian POS ( persatuan orangtua santri )/ majlis taklim umum sekali sebulan.
ii. Bina kerjasama yang baik. Misalnya dengan pelayanan baca tulis Al Qur'an bagi orang dewasa ( Dirosa ).
iii. Tingkatkan silaturrohmi dengan orangtua santri atau anggota majlis taklim.
f. Tingkatkan dan galilah sumber dana, dengan cara :
i. Cari donatur tetap/ tidak tetap.
ii. SPP santri ( bisa beras, kelapa, coklat, jagung dll, nanti diuangkan.)
iii. Infaq harian santri/ orangtua santri.
iv. Depot TK-TPA.
v. Usaha-usaha lain ; kalender, stiker, baju seragam santri, bikin buku santri dll.
vi. Untuk perkotaan; libatkan para Pembina dalam Les privat baca tulis Al Qur'an dan sebagian uang tranfortnya disisihkan untuk TK-TPA.
g. Berilah tunjangan/ santunan kepada para Pembina menurut kadar kemampuan keuangan TK-TPA.

Selamat berjuang dan selamat mencoba
Jangan cepat putus asa dan menyerah
Insya Alloh akan berhasil
Tetapi harus bersabar

Problematika Dakwah : Satu Kader Satu

Menyoal SKS ( satu kader satu)
oleh
Komari
A.Mukaddimah.
Rasulullah  diutus bagi manusia untuk menyempurnakan akhlaknya, mengarahkan kehidupan, membimbing agar sesuai dengan tuntunan syariat Islam. Dengan demikian kehidupannya dapat merasakan kebahagiaan yang hakiki selama di dunia apatah lagi nanti di akherat.
Lembaga dakwah adalah sarana , alat yang dipakai untuk tujuan dakwah, agar dakwah dapat sampai kepada kaum muslimin. Dakwah sebagai proses pembinaan, bimbingan, transfer ilmu dapat berjalan dengan sebaik-baiknya secara efektif dan efisien.
Da’i da’iyah, muballigh/ah, ustadz/ah, murabbi/yah dan apapun sebutannya adalah pelaku dakwah. Di tangannyalah berjalan atau mandegnya dakwah ini. Mereka harus berfikir keras untuk mencari format dakwah yang paling pas dengan segala tuntutan situasi dan kondisi terkini, baik dalam tataran materi, urutan penyampaian materi, metode penyampaian, atau target-target yang ingin dicapai dalam satu jenjang pembinaan (marhalah). Jika ini tidak dilakukan, maka akan berakibat pada proses dakwah tersebut, yaitu dakwah akan tampak monoton, tidak kreatif, kurang variatif, kurang komunikatif, beku, tidak PAKEM (pengajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan) yang berakibat juga pada rendahnya respon positif mad’u terutama kader pemula.
SKS (satu kader satu) merupakan program yang cemerlang dan strategis. SKS merupakan penajaman dari dakwah fardiah yang telah dilaksanakan secara alami (yang terlibat dan waktunya tidak dibatasi). SKS menggerakkan tiap kader, agar tiap kader dalam jangka waktu tertentu dalam menggaet, merekrut dan membawa (minimal) satu orang untuk diikutkan dalam daurah SKS, yang kemudian diaktifkan dalam halaqah-halaqah tarbiyah.

B.Pelaksanaan SKS.
Program SKS dicanangkan secara Nasional dalam Musyawarah Kerja pada Nopember 2009 dan sampai saat ini telah berjalan sebanyak 3 tahap. SKS tahap 1 telah berhasil dilaksanakan dengan tingkat keberhasilan 37 % artinya hanya 37 % saja dari jumlah kader yang berhasil melaporkan daurah SKS-nya. Selebihnya 63% belum diketahui apakah berhasil mengadakan daurah SKS atau tidak.
Program SKS tahap kedua digulirkan dan telah berhasil dilaksanakan dengan tingkat keberhasilannya 32 %. Sedangkan program SKS tahap ketiga yang diharapkan selesai Desember 2010 belum diketahui secara pasti tingkat keberhasilannya.
Seluruh alumni daurah SKS akan ditindaklanjuti dengan Pembina secara rutin berjenjang dengan istilah Tarbiyah atau halaqah tarbiyah. Dalam halaqah-halaqah inilah, para alumni daurah SKS digodok, digembleng secara intensif sekali dalam sepekan agar menjadi kader dengan kualifikasi 5 M (mukmin, muslih, mujahid, muta’awin dan mutqin). Aneka “santapan rohani” siap disajikan oleh para murabbi/yah, ibarat botol kosong yang siap diisi dan dibentuk menjadi “kader” yang dapat juga dipekerjakan untuk dakwah di bawah bendera ahlu sunnah wal jama’ah dan dibawah satu komando.

C.Kenyataan
“Keberhasilan” program SKS telah diprediksikan di atas kertas. Hitungan-hitungan akan terjadinya percepatan atau bahkan pelipatgandaan jumlah kader telah dilakukan. Pengerahan kader dalam menyambut program SKS juga telah dilakukan. Namun hasilnya masih minim.
Hasil yang minim ini rupanya, bukan saja dalam hal jumlah peserta daurah SKS; tetapi mereka yang ikut daurah SKS-pun banyak yang tak “tamat”. Ada yang hanya mengikuti satu materi, dua materi saja. Banyak alasan-alasan yang dikemukakan untuk meninggalkan arena daurah, bahkan tidak jarang yang tiba-tiba menghilang.
Belum lagi mereka yang telah di”tarbiyahi” banyak juga masalahnya, baik dari sisi peserta atau murabbinya. Banyak halaqah-halaqah tarbiyah hasil SKS yang “tutup”karena “kehabisan”peserta atau ditinggalkan murabbinya. Walaupun sampai saat ini belum ada evaluasi secara resmi tentang hal ini, tapi berdasarkan informasi dari beberapa DPCdi Sulsel, Sulbar, Sulteng dan Sultra, beginilah kondisinya. Tentu kondisi ini sangat tidak kita inginkan. Perlu kajian yang mendalam tentang sebab-sebab dan kemungkinan terapinya, agar program SKS benar-benar efektif dan efisien.

D.Faktor-faktor Penyebab.
Banyak faktor yang berpengaruh pada “kurang” berhasilnya program SKS. Tetapi pada tulisan ini, kami hanya menitikberatkan pada 2 faktor saja. Pertama; Input, kedua; sistem daurah SKS.
Pertama : Input.
Yang dimaksud dengan input adalah para peserta daurah SKS, yang direkrut dari mana saja; teman kantor, teman kecil, tetangga, kenalan dan lain-lain dengan aneka latar belakang yang berbeda. Mereka sangat sedikit mendapatkan informasi tentang daurah apalagi tentang tarbiyah. Mereka masuk dalam situasi yang sama sekali baru dan sangat berbeda dengan situasi lingkungannya sebelumnya. Telah terjadi perubahan situasi yang sangat drastis dari sebelum tarbiyah dan setelah tarbiyah.
Secara sederhana perubahan situasi peserta SKS pada sebelum dan sesudah Daurah SKS adalah sebagai berikut :
Situasi Sebelum daurah SKS
Situasi Sesudah daurah SKS /tarbiyah
1.Belum terbiasa duduk mendengarkan materi selama 1,5-2 jam.
1.Dituntut untuk duduk selama 1,5-2 jam untuk mendengarkan materi disajikan.
2.Belum terbiasa duduk untuk mengaji al-Qur'an di depan orang banyak, apalagi jika harus diulang-ulang karena banyak yang salah baca.
2.Dituntut untuk mau membaca al-Qur'an di depan teman-temannya, mau diperbaiki, ditegur, mungkin ada yang mentertawai.
3.Belum terbiasa menghafal al-Qur'an
3.Dituntut untuk bisa menghafal al-Qur'an secara rutin dan memperdengarkannya di hadapan murabbi dan teman-temannya.
4.Pelaksanaan ibadahnya yang masih sesukanya.
4.Pelaksanaan ibadah yang selalu dikontrol dan diarahkan.
5.Belum punya kesadaran akan pentingnya menuntut ilmu.
5.Dan lain-lain
6.Dan lain-lain

Intinya, telah terjadi loncatan situasi yang sangat jauh, perbedaan yang sangat mencolok sehingga banyak yang mengalami “shock” atau kaget berat. Mereka tidak siap baik secara fisik maupun mental. Akibatnya mereka banyak yang mundur secara teratur, sehingga banyak kelompok tarbiyah yang bubar.
Sementara kelompok tarbiyah sebelum program SKS terbentuk setelah melalui daurah maupun tanpa melalui daurah. Peserta direkrut dari mereka yang telah:
1.Aktif mengikuti taklim-taklim rutin atau kegiatan keagamaan lainnya.
2.Punya kemauan untuk menuntut ilmu agama.
3.Telah terbiasa dan memperhatikan ibadah-ibadah mahdah.
Perubahan situasi antara sebelum dan sesudah daurah tidak terlalu jauh lompatannya. Sehingga peserta daurah ini adalah mereka yang telah mempunyai kesiapan dalam kegiatan pembinaan-pembinaan lanjutan (tarbiyah). Tingkat keguguran peserta relatif lebih kecil dibandingkan dengan mereka yang ikut daurah setelah program SKS dicanangkan.
Kedua : Sistem pengelolaan daurah SKS.
Sistem pengelolaan daurah paska program SKS dicanangkan, belum ada perbedaan dengan dengan pola lama. Metode penyajian masih dimonopoli dengan metode ceramah, dengan orientasi transfer ma’lumat. Demikian juga dengan keikutsertaann peserta dalam daurah begitu longgar. Sehingga tidak sedikit peserta yang hanya mengikuti sebagian materi saja. Bagaimana mungkin input yang berbeda kemudian diperlakukan dengan cara yang sama (daurah SKS), akan menghasilkan output yang sama ?

E.Usulan dan saran.
Agar program SKS dapat efektif dan efisien dengan mencermati faktor-faktor penyebab di atas, maka berikut ini kami berikan usulan-usulan sebagai berikut :
1.Yang berhubungan dengan Input/ Peserta.
Rekrutmen calon peserta daurah SKS adalah mereka yang telah aktif dalam taklim-taklim rutin, pembinaan awal seperti Dirosa (Dirasah Orang Dewasa).
2.Yang berhubungan dengan sistem pengelolaan Daurah.
Harus ada penyegaran sistem pengelolaan daurah; seperti komunikasi dua arah, dialog, penggalian informasi tentang tujuan, minat, bakat atau kecenderungannya.

F.Penutup

Apakah Kita Termasuk Hamba-hamba Yang Pandai Bersyukur







Oleh
K o m a r i , S. Pd.




A.Makna Syukur.

1.Menurut Bahasa.
a) شكر الذابة : Binatang melata yang menjadi gemuk yaitu jika tampak padanya bekas-bekas setelah banyak makan rumput.
b)ذابة شكور : Binatang melata yang gemuk yaitu jika tampak padanya kegemukan melebihi apa yang dimakannya.
2.Menurut Istilah.
a)Syukur adalah penampakan bekas-bekas nikmat kepada Alloh  di lisan hamba dengan memuji-Nya, di hati dengan mencintai-Nya dan di anggota badan dengan taat dan berserah diri kepada-Nya. (Ibnu Qoyyim )
b)Syukur adalah memanjatkan pujian kepada sang Pemberi nikmat atas keutamaan dan kebaikan yang diberikan kepada kita. Realisasi syukur meliputi 3 rukun yaitu mensyukuri nikmat itu secara batiniyah, mengucapkannya secara lahiriyah dan menggunakannya untuk ketaatan kepada Alloh  .
أَنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُومُ مِنْ اللَّيْلِ حَتَّى تَتَفَطَّرَ قَدَمَاهُ فَقَالَتْ عَائِشَةُ لِمَ تَصْنَعُ هَذَا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَقَدْ غَفَرَ اللَّهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ قَالَ أَفَلَا أُحِبُّ أَنْ أَكُونَ عَبْدًا شَكُورًا
Artinya : " sesungguhnya Beliau berdiri sholat lail hingga bengkak kedua kakinya. Berkata Aisyah kepadanya : Kenapa Engkau kerjakan ini wahai Rosululloh padahal Alloh  telah mengampuni dosa-dosa Engkau yang lalu dan yang akan datang. Bersabda Rosul  : Bukankan Aku lebih pantas untuk menjadi hamba yang bersyukur " ( HR. Bukhori )
c)Syukur adalah pengakuan terhadap nikmat Alloh  yang disertai dengan rasa rendah diri, menyandarkan nikmat itu kepada Alloh  , memuji Pemberi nikmat dengan menyebut-nyebut nikmat-Nya, terpautnya hati dengan mencintai-Nya, anggota badan untuk taat kepada-Nya, dan lisan yang senantiasa berdzikir kepada-Nya. 

B.Keutamaan Syukur
dan Orang-orang yang Bersyukur.

1.Allah memerintahkan hambanya untuk bersyukur atas karunia.
فَاذْكُرُوْنِيْ أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْا لِيْ وَلاَ تَكْفُرُوْنِ
Artinya : Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat) -Ku. QS:2:152
وَوَصَّيْنَا الإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَّفِصَالُهُ فِيْ عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيْرُ
Artinya : Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengan-dungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. QS. 31:14
2.Allah tidak mengadzab hamba-hamba yang bersyukur
مَا يَفْعَلُ اللَّهُ بِعَذَابِكُمْ إِنْ شَكَرْتُمْ وَءَامَنْتُمْ وَكَانَ اللَّهُ شَاكِرًا عَلِيمًا
Artinya : Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui QS: 4:14
3.Orang-orang yang bersyukur adalah orang yang diberikan kekhususan dengan karunia Allah dan mereka termasuk di antara hamba-hamba yang diberi anugerah.
وَكَذَلِكَ فَتَنَّا بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لِيَقُوْلُوْا أَهٰؤُلَاءِ مَنَّ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنْ بَيْنِنَا أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَعْلَمَ بِالشَّاكِرِيْنَ
Artinya : Dan demikianlah telah Kami uji sebahagian mereka (orang-orang yang kaya) dengan sebahagian mereka (orang-orang miskin), supaya (orang-orang yang kaya itu) berkata: "Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah kepada mereka?" (Allah berfirman): "Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya)?" QS. 6 : 53
4.Alloh  membagi manusia menjadi 2 yaitu orang yang bersyukur dan orang yang kufur nikmat. Allah membenci orang-orang yang kufur nikmat dan apa-apa yang membawa pada kufur nikmat serta mencintai orang-orang yang bersyukur dan apa-apa yang membawa kepada syukur ,.
إِنَّا هَدَيْنَاهُ السَّبِيْلَ إِمَّا شَاكِرًا وَإِمَّا كَفُوْرًا
Artinya : Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir. QS:76:3
إِنْ تَكْفُرُوْا فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنْكُمْ وَلَا يَرْضَى لِعِبَادِهِ الْكُفْرَ وَإِنْ تَشْكُرُوْا يَرْضَهُ لَكُمْ
Artinya : Jika kamu kafir, maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman) mu dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu; QS. 39:7
5.Dengan bersyukur berarti menjaga nikmat-nikmat; menjaga kelangsungannya atau menambahnya tanpa menguranginya.
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيْدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
Artinya : Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memakumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih QS. 14:7
6.Orang yang bersyukur adalah golongan yang sedikit yang berbeda dengan kebanyakan orang.
وَقَلِيْلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُوْرُ
Artinya : Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih. QS 34:13
7.Alloh  memberikan balasan yang pantas bagi orang bersyukur.
وَسَنَجْزِي الشَّاكِرِيْنَ
Artinya : Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.QS.Ali Imron:145

8.Orang yang bersyukur termasuk ahli ibadah;.
يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا كُلُوْا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوْا لِلَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُوْنَ
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah. QS.2;172
9.Ridha Allah ada pada orang-orang yang bersyukur.
إِنْ تَكْفُرُوْا فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنْكُمْ وَلاَ يَرْضَى لِعِبَادِهِ الْكُفْرَ وَإِنْ تَشْكُرُوْا يَرْضَهُ لَكُمْ
Artinya : Jika kamu kafir, maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman) mu dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu; QS. 29 :7

10.Syukur adalah perangai paling afdhal dan yang paling tinggi. Alloh  memuji kekasih-Nya Ibrahim disebabkan sifatnya yang mulia.
إِنَّ إِبْرَاهِيْمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِلَّهِ حَنِيْفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ (120)شَاكِرًا ِلأَنْعُمِهِ اجْتَبَاهُ وَهَدَاهُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمٍ
Artinya : Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan), (lagi) yang mensyukuri ni`mat-ni`mat Allah, Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus. QS: 16:120-121.

C.Hakekat Syukur.

Hakikat syukur tidaklah sempurna kecuali dengan mengamalkan apa-apa yang diperintahkan oleh Allah  dan menjauhi larangannya. Jadi syukur itu adalah menunaikan amal-amal untuk ibadah. Bukan seperti perkiraan sebagian orang yang mengira bahwa syukur itu hanya memuji dengan lisan dan bersenandung (mengucapkan Alhamdulillah) setelah shalat atau kenyang setelah makan. Syukur mempunyai kedudukan yang tinggi dan mulia. Iman mempunyai 2 bagian yaitu syukur itu separohnya dan separuh yang lain adalah sabar.

Syukur itu dibangun di atas 5 asas , yaitu :
1.Merendahnya orang yang bersyukur dihadapan Alloh  .
2.Kecintaan kepada Sang Pemberi nikmat ( Alloh  )
3.Mengakui seluruh nikmat yang Alloh  berikan.
4.Senantiasa memuji-Nya atas nikmat tersebut .
5.Tidak menggunakan nikmat itu untuk sesuatu yang dibenci oleh Alloh  .

Dengan demikian, syukur merupakan bentuk pengakuan atas nikmat Alloh  dengan penuh sikap kerendahan serta menyandarkan nikmat tersebut kepada Nya, memuji-Nya dan menyebut-nyebut nikmat itu kemudian senantiasa mencintai-Nya, anggota badan taat kepada-Nya serta lisan yang tak henti-henti menyebutnya.
Pujian yang diajarkan Rosul sawulloh  , ketika pagi dan sore mengucapkan :
َاللَّهُمَّ مَا أَصْبَحَ بِي مِنْ نِعْمَةِ أَوْ بِأَحَدٍ مِنْ خَلْقِكَ فَمِنْكَ وَحْدَكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ فَلَكَ الْحَمْدُ وَلَكَ الشُّكْر
Artinya : Ya Alloh, tak satupun nikmat yang menyertaiku di pagi/sore ini atau yang tercurah kepada salah satu dari makhluk-Mu, semua itu adalah semata-mata dari-Mu, tiada sekutu bagi-Mu, untuk-Mulah segala puji dan untuk-Mulah pula segenap syukur .
Nabi  memberitahukan bahwa barangsiapa yang membaca dzikir ini di waktu pagi, maka ia telah melakukan syukur sepanjang siang harinya. Dan barangsiapa yang membacanya ketika sore, maka ia telah melakukan syukur sepanjang malamnya. (HR. Abu Dawud, dihasankan oleh Ibnu Hajar dan An Nawawi )
Imam Ibnu Rajab berkata, syukur itu ada 3 macam yaitu syukur dengan hati, syukur dengan lisan dan syukur dengan anggota badan.
Pembagian syukur :

1.Syukur dengan hati.
Pengakuan terhadap nikmat-nikmat Alloh bahwa nikmat-nikmat itu dari-Nya dan karena keutamaan-Nya. Di antara bentuk syukur dengan hati adalah mencintai Alloh  karena nikmat-Nya, Sebagian ulama berkata : jika hati ini secara fitrah mencintai orang-orang yang berbuat baik kepada nya, maka sungguh mengherankan terhadap orang yang tidak tahu bahwa Alloh  telah banyak berbuat baik kepadanya sehingga mengharuskan dia untuk bersyukur.

2.Syukur dengan lisan.
Memuji Alloh  terhadap nikmat-nikmat itu, menyebut-nyebutnya, menghitung-hitungnya dan menampakkannya. Alloh  berfirman 93 :11

وأما بنعمة ربك فحدث
Artinya: " Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka hendaklah kamu menghitung-hitungnya"
Khalifah Umar bin Abdul Aziz berdo'a : Ya Alloh, sesungguhnya Aku berlindung kepada-Mu dari tindakan yang mengganti kenikmatan-Mu dengan kufur nikmat, dari tindakan mengingkarinya setelah mengetahuinya, dan dari tindakan melupakannya dan tidak memuji-Nya. Suatu malam Fudlail duduk bersama Ibnu Uyainah dan saling membicarakan nikmat-nikmat Allah hingga waktu subuh.

3.Syukur dengan anggota badan.
Memanfaatkan nikmat-nikmat itu untuk ketatan kepada Alloh  dan tidak menggunakannya untuk maksiat kepada Alloh  . Alloh  berfirman dalam QS. Saba : 13
يَعْمَلُونَ لَهُ مَا يَشَاءُ مِنْ مَحَارِيبَ وَتَمَاثِيلَ وَجِفَانٍ كَالْجَوَابِ وَقُدُورٍ رَاسِيَاتٍ اعْمَلُوا ءَالَ دَاوُدَ شُكْرًا وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ
Artinya : Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih
Sebagian Salaf berkata : Ketika dikatakan kepada mereka tentang ini ( syukur anggota badan ), tidak lah lewat sesaat bagi mereka kecuali dia dalam keadaan melaksanakan sholat. Maka sungguh mengherankan orang yang telah mengetahui bahwa nikmat yang dia gunakan itu adalah pemberian Alloh  lalu ia tidak merasa malu untuk menggunakan nikmat-nikmat itu kepada hal-hal dilarang-Nya.

D.Hubungan syukur dengan nikmat.

1.Nikmat akan hilang tanpa syukur.
Muhammad bin Idris meriwayatkan dari Ali bin Tholib berkata : " Sesungguhnya nikmat itu berkaitan dengan syukur, sedangkan syukur berkaitan dengan tambahan nikmat, maka keduanya saling terkait. Tambahan nikmat tidak akan terputus kecuali bagi hamba-hamba-Nya yang tidak bersyukur.
2.Dengan syukur, nikmat akan berlanjut secara teratur.
3.Dengan syukur, akan dikaruniai kebaikan di dunia dan akherat.

E.Mengenal nikmat dan macam-macamnya.

Mengenal nimat adalah rukun syukur yang paling agung, karena mustahil dapat bersyukur tanpa adanya pengenalan terhadap nikmat. Maka mengenal nikmat merupakan jalan untuk mengenal Sang Pemberi nikmat ( Alloh  )dan jika seseorang tahu siapa yang memberi nikmat, maka ia akan mencintai-Nya, sehingga cinta tersebut akan melahirkan kesyukuran dan terima kasih.
Nikmat itu bukanlah terbatas pada makanan dan minuman sebagaimana perkiraan banyak orang, tetapi nikmat itu tak terhitung banyaknya; tiap gerakan, tiap tarikan nafas adalah merupakan nikmat yang tidak seorangpun tahu kecuali Alloh  .
Berkata Abu Darda' : " Barangsiapa yang tidak mengetahui nikmat Alloh  yang ada padanya kecuali makanan dan minuman saja, maka sungguh sangat sedikit ilmunya dan akan mendatangkan adzab Alloh  ". Maka dari itu disebutkan bahwa Syukur secara umum yaitu syukur terhadap nikmat makanan, minuman, pakaian, dan sehatnya badan. Syukur secara khusus yaitu syukur terhadap iman, tauhid, dan ketetapan hati.
Nikmat Alloh  itu tidak terhitung banyaknya, tetapi yang terpenting adalah :

1.Nikmat Islam dan Iman
Nikmat ini adalah nikmat yang paling agung yang Alloh  berikan kepada kita , yang menjadikan kita sebagai orang Islam dan ahlu Tauhid. Dan tidak menjadikan kita sebagai orang Yahudi -yang mencela Alloh  dan memberikan sifat Alloh  dengan sifat yang paling jelek- atau orang Nasroni yang menyembah kepada selain Alloh  , dan menganggap Alloh  mempunyai anak.
Berkata Mujahid tentang ayat
وَأَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهُ ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةً "
Artinya : dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin ( Luqman : 20 ), yang dimaksud disini adalah Laa ilaha illalloh. Ibnu Uyainah berkata : Tidaklah Alloh  memberikan nikmat kepada hamba-Nya yang lebih agung daripada pengetahuannya terhadap laa ilaha illAlloh.
Berkata Ibnu Abi Hawary : Saya berkata kepada Ibnu Mu'awiyah : Alangkah agungnya nikmat tauhid ini, kita memohon kepada Alloh  agar tidak menghilangkannya dari diri kita.

2.Nikmat tertutupnya aib dan tertundanya adzab.
Ini juga termasuk nikmat yang agung, karena seandainya Alloh  menyegerakan hukuman (Bagi pelaku dosa) di dunia ini maka binasalah kita semua. Berkata Muqotil tentang ayat:
وَأَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهُ ظَاهِرَةً وَبَاطِنَة
Artinya : dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin ( Luqman : 20 ) nikmat dhohir (nampak) adalah Islam dan nikmat batin adalah ditutupnya perbuatan maksiat kita (dari diketahui orang lain).
Berkata seseorang kepada Abu Tamimah : Bagaimana keadaanmu pagi ini ? Berkata Abu Tamimah : Keadaanku di pagi ini adalah diantara dua nikmat yang Aku tidak tahu yang mana diantara keduanya yang lebih afdhol. Dosa-dosaku yang ditutupi Alloh  sehingga tidak seorangpun mencelaku dan rasa kasih sayang orang lain terhadapku yang telah dimasukkan Alloh  ke hati mereka tanpa sepengetahuanku.
Telah menulis beberapa ulama : Sungguh keadaan kita pada pagi ini adalah mendapatkan nikmat-nikmat Alloh  yang tidak terhitung banyaknya, walaupun banyak kemaksiatan kita.

3.Nikmat ingatan.
Berkata Ibnu Qoyyim : Di antara bentuk kesempurnaan nikmat Alloh  atas hamba-Nya adalah Alloh  tidak menutup pintu (ilmu-Nya). Alloh  mengutus kepadanya orang yang akan memberi jalan (membuka) pintu (ilmu) dengan menanyakan sesuatu ; mulai dari ikan-ikan di lautan untuk mengetahui nikmat-nikmat Alloh  ( yang telah diberikan kepadanya ).
Berkata Salam bin Abi Muthi' : Saya masuk untuk menjenguk orang yang sakit, ketika ia merintih kesakitan, kukatakan kepadanya : "Ingatlah kepada orang-orang yang terbuang di pinggir-pinggir jalan/di kolong-kolong jembatan, ingatlah kepada orang-orang yang tidak mempunyai rumah, dan kepada orang yang tidak ada yang merawatnya". Kemudian saya masuk lagi setelah itu, dan saya mendengar ia berkata kepada dirinya sendiri : "Ingatlah kepada orang-orang yang terbuang di pinggir-pinggir jalan/di kolong-kolong jembatan, ingatlah kepada orang-orang yang tidak mempunyai rumah, dan kepada orang yang tidak ada yang merawatnya"

4.Nikmat terbuka pintu taubat.
Termasuk nikmat Alloh  kepada hamba-Nya adalah tidak tertutupnya pintu taubat, seberapapun besar dosa dan maksiatnya. Dalam atsar, Alloh  berfirman : " Ahlu dzikir adalah ahlu majelis-Ku, ahlu syukur adalah orang yang mendapatkan tambahan (nikmat), Ahlu taat adalah orang yang mendapatkan kemuliaan, dan orang-orang yang bermaksiat kepada-Ku akan terputus rahmat-Ku ( kepadanya) jika ia bertaubat kepada-Ku, maka Aku adalah kekasihnya. Jika ia tidak bertaubat, maka Aku adalah dokternya ( yang akan mengobati maksiatnya). Jika ia tertimpa musibah, maka Aku akan mensucikan mereka dari aib-aibnya ".
Dari hadits Nabi  bersabda :
إن الله تعالى فتح للتوبة بابا من قبل المغرب عرضه أربعون سنة لا يغلقه حتى تطلع الشمس من مغربها (رواه أحمد والترمذى وقال : حسن صحيح )
Artinya "Sesungguhnya Alloh  membuka pintu taubat hingga sebelum datangnya hari Kiamat yang luasnya 40 tahun dan Alloh  tidak menutupnya hingga matahari terbit dari barat." ( HR. Ahmad dan Turmudzi, Derajad hadits Hasan shoheh )
Untuk direnungkan bersama : Dimanakah orang-orang yang selalu bertaubat lagi beribadah ? Dimanakah orang-orang yang selalu ruku' dan sujud ? Dimanakah orang-orang yang selalu memuji dan bersyukur ?

5.Nikmat menjadi orang yang terpilih.
Nikmat ini hanya dirasakan oleh orang yang istiqomah dan waro' dan yang ingin kembali kepada Alloh  dan tidak didapatkan selain mereka . Alloh  meneguhkan mereka dalam agama-Nya di zaman yang penuh fitnah ini. Alloh  mengrahkan mereka dalam ketaatan yang kebanyakan manusia berpaling daripadanya dan memberikan rasa cinta kepada mereka terhadap keimanan dan menghiasi hatinya dengan itu, dan memberi rasa benci kepada kekafiran, kefasikan dan maksiat. Inilah nikmat yang paling besar yang Alloh  berhak mendapatkan kesempurnaan syukur dan sanjungan sebanyak-banyaknya.
Wahab bin Munabbah bersama seorang laki-laki sedang melewati seorang yang buta , kusta lagi berpenyakit kulit yang sedang duduk sambil berkata : Alhamdulillah atas nikmat-nikmat Alloh  Berkata laki-laki yang bersama Wahab : " Nikmat yang mana yang tersisa padamu, sehingga engkau memuji Alloh  "? Dulu dia ( laki-laki buta ) ini selalu bermaksiat di kampungnya. Katanya : Arahkan pandanganmu ke penduduk kota, dan lihat apa yang dilakukan kebanyakan mereka. Apakah tidak patut saya memuji Alloh  karena tidak seorangpun mengetahuinya selainku.

6.Nikmat sehat, kesejahteraan dan keselamatan anggota badan.
Abu Darda’ berkata : Sehat itu adalah raja. Salman Al Farisi ra mengisahkan tentang orang yang diberi harta melimpah kemudian kenikmatan tersebut dicabut, sehingga ia jatuh miskin, namun orang tersebut malah memuji Alloh  dan menyanjung-Nya. Maka ada orang kaya lain yang bertanya: Aku tak tahu, atas dasar apa Engkau memuji Alloh  ? Dia menjawab : Aku memuji-Nya atas sesuatu yang seandainya aku diberi dengan seluruh yang diberikan kepada manusia, maka aku tidak mau menukarnya. Si kaya bertanya : Apa itu ? Dia menjawab : Apakah engkau tidak memperhatikan penglihatanmu, lisanmu, kedua tangan dan kakimu ( kesehatannya ) ?
Seorang laki-laki datang kepada Yunus bin Ubaid dengan mengeluhkan atas kesempitan hidupnya. Berkatalah Yunus kepadanya: Sukakah engkau jika matamu diganti dengan seratus ribu dirham ? Jawabnya : Tidak. Yunus bertanya lagi : Sukakah engkau jika kedua tanganmu diganti dengan seratus ribu dirham ? Jawabnya : Tidak. Sukakah engkau jika kedua kakimu diganti dengan seratus ribu dirham ? Jawabnya : Tidak. Telah disebutkan nikmat-nikmat Alloh  yang telah diterimanya, kemudian Yunus berkata kepadanya : Saya melihat bahwa anda telah mempunyai ratusan ribu dirham dan kenapa engkau masih mengeluh ?

7.Nikmat harta benda ( Makanan, minuman dan pakaian ).
Bakar Al Muzni berkata : ' Demi Alloh, saya tidak tahu di antara dua nikmat ini yang manakah yang lebih afdhol, apakah jalan masuk ke perut atau jalan keluar perut ? Al Hasan berkata : Itulah nikmat makanan.
'Aisyah rah berkata : " jika seorang hamba minum air yang jernih, masuk tanpa ada gangguan dan dikeluarkannya tanpa ada gangguan, maka wajib baginya bersyukur.
Seorang Ulama Salaf berkhutbah dalam sholat Ied: " Pada pagi hari ini kalian dalam keadaan seperti bunga yang semerbak harum baunya sementara manusia lainnya seperti debu yang beterbangan. Pagi manusia lain sedang menenun kain, sedangkan kalian telah berpakaian. Pagi ini manusia lain giat memproduksi kendaraan sedangkan kalian telah menaikinya. Pagi ini manusia lain sedang bercocok tanam, sedangkan kalian telah memakan hasilnya " Ulama ini menangis dan membuat hadirinpun menangis pula.


F.Sarana-sarana menuju
syukur nikmat.

Banyak sekali sarana-sarana yang dapat mengantarkan seseorang kepada syukur nikmat, melestarikannya maupun menambah nikmat tersebut , di antaranya ;

1.Meninggalkan maksiat.
Mukhollid bin Husain berkata : Syukur itu adalah meninggalkan maksiat. Dalam beberapa atsar disebutkan :

2.Mengakui nikmat itu.
Mengakui nikmat-nikmat itu ( semata-mata milik Alloh  ), memuji Alloh  dan tidak menggunakannya untuk berbuat maksiat.

3.Memandang kepada ahli Faqih dan ahlu bala' ( orang yang tertimpa musibah).
Hal ini dapat memuliakan nikmat dan tidak meremehkannya. Dalam sebuah hadits Rosululloh  bersabda : " Apabila kalian melihat orang yang diberi nikmat berupa kekayaan dan ( kebagusan) bentuk fisiknya, maka hendaklah ia melihat kepada orang-orang yang di bawahnya." ( Muttafaqun 'alaih ).
وَعَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اَللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلََيْهِ وَسَلَّم ( انْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ, وَ لاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ, فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اَللَّهِ عَلَيْكُمْ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Artinya : Lihatlah kepada orang-orang yang di bawah kalian dan janganlah kalian melihat orang yang di atas kalian ( dalam hal dunia) , maka itu lebih pantas agar kamu tidak meremehkan nikmat Alloh yang diberikan kepadamu.
Imam An Nawawi berkata : berkata Ibnu Jarir dan yang lainnya : Hadits ini mencakup macam-macam kebaikan, karena jika manusia melihat orang lain yang lebih baik (bagiannya di dunia) maka ia ingin mendapatkan seperti itu dan menganggap kecil nikmat Alloh  yang ada padanya dan menginginkan sekali tambhan nikmat itu. Inilah sifat manusia kebanyakan. Adapun jika melihat orang yang lebih rendah dalam urusan dunia darinya maka akan tampaklah nikmat-nikmat Alloh yang ada padanya sehingga ia bersyukur, tawadhu' dan mengerjakan kebaikan.

4.Mengenal kedudukan manusia.
Kedudukan manusia disisi Tuhannya adalah sebagai hamba. Dia tidak memiliki sesuatu secara mutlak . Dan setiap yang dimiliki manusia adalah semata-mata pemberian dari Robbnya.
Hasan berkata : Musa berkata : Ya Robb, bagaimana Adam mampu mensyukuri apa-apa yang Alloh telah berikan kepadanya ? Engkau menciptakannya dengan tangan-Mu, Engkau telah meniupkan ruh dalam dirinya. Engkau telah memberikan tempat tinggal di Surga-Mu dan Engkau perintahkan para malaikat untuk bersujud kepada–Mu, maka merekapun bersujud. Alloh  berfirman : Wahai Musa ! Ketahuilah bahwa semua itu dari-Ku, maka mereka memuji-Ku atas nikmat tersebut. Makanya dia bersyukur terhadap apa yang Engkau berikan kepadanya.
Dalam Shohihain disebutkan bahwa Nabi  berdiri untuk sholat sampai bengkak kedua kakinya. Maka dikatakan kepadanya : Kenapa engkau lakukan itu, padahal Alloh telah mengampuni dosa-dosamu yang terdahulu dan yang akan datang ? Nabi bersabda : Apakah aku tidak pantas menjadi hamba yang bersyukur ? Maksudnya bahwa setiap yang Alloh telah berikan kepadaku baik sebagai hamba pilihan, hidayah dan ampunan adalah semata-mata pemberian-Nya yang maha Suci. Bagi-Nyalah yang berhak segala pujian dan rasa syukur. Saya bukanlah apa-apa kecuali seorang hamba milik Alloh yang maha suci.

5.Memanfaatkan nikmat-nikmat dan tidak menyia-nyiakannya.
وَعَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ, عَنْ أَبِيْهِ, عَنْ جَدِّهِ أن النبي  قال ( كُلُوْا, وَاشْرَبُوْا, وَتَصَدَّقُوْا مِنْ غَيْرِ مَخِيْلَةٍ وَلاَسَرَفٍ, فَإِنَّ اللهَ يُحِبُّ أَنْ يَرَى أَثَر نِعْمَتِه عَلَى عَبْدِهِ)
رواه أحمد والنسائى والترمذى وصححه الحاكم
Artinya : Dari Amr bin Syu'aib dari bapaknya, dari kakeknya; sesungguhnya Nabi  bersabda : Makanlah, minumlah, dan bersedekahlah dengan tidak berlebih-lebihan dan tidak sombong. Sesungguhnya Alloh senang melihat bekas-bekas nikamt-Nya atas hamba-Nya.

6.Bersedekah, bermurah hati dan memberi.
Ini adalah tanda-tanda dari syukur nikmat itu. Diriwayatkan sesungguhnya Daud  berdo'a :
سبحان مستخرج الشكر بالعطاء
Artinya : Maha suci Alloh yang telah mengeluarkan rasa syukur dengan pemberian.

7.Dzikir kepada Alloh 
Hakekat syukur adalah dzikir kepada Alloh  . Diriwayatkan dari Mujahid tentang ayat :
إِنَّهُ كَانَ عَبْدًا شَكُوْرًا
Artinya : Sesungguhnya dia adalah termasuk hamba Alloh yang banyak bersyukur. Katanya : Dia belum memakan sesuatu kecuali setelah memuji Alloh  , belum meminum minuman kecuali setelah memuji Alloh  , belum merasakan sesuatu kecuali setelah memuji Alloh  , maka Alloh memujinya karena sesungguhnya dia termasuk hamba Alloh yang bersyukur. Hadits Rosul  :
إِنَّ اللهَ لَيَرْضَى عَنِ اْلعَبْدِ أَنْ يَأْكُلَ اْلأَكْلَةَ فَحَمِدَهُ عَلَيْهَا, أَوْ يَشْرَبَ الشُّرْبَةَ فَحَمِدَهُ عَلَيْهَا
Artinya : Nabi berkata : Sesungguhnya Alloh benar-benar ridho kepada hamba-hamba yang memakan makanan maka dia memuji Alloh , atau meminum minuman maka dia memuji Alloh  atas nikmat tersebut . ( HR. Muslim)

8.Tawadhu' dan meninggalkan kesombongan.
Sombong adalah lawan dari syukur. Karena hakekat kesombongan adalah dugaan seorang hamba bahwa dia bebas bertindak semaunya, sedangkan syukur adalah pengakuan bahwa Allohlah yang mempunyai hak tersebut .

9.Pengakuan bahwa diri ini masih kurang bersyukur.
Jika seorang hamba sudah merasa bahwa dirinya sudah sampai pada tingkat sebagai orang yang bersyukur, maka sebenarnya dia belum sampai ( sebagai hamba yang bersyukur ) karena kesyukurannya itu belum sebanding dengan satu nikmat Alloh  yang dia terima. Bahkan ketika dia bisa bersyukur, itupun perlu juga disyukuri.

10.Bersungguh-sungguh melawan syetan dan meminta tolong kepada Alloh  dari gangguannya.
Ketika musuh Alloh  yaitu Iblis mengetahui kadar kedudukan syukur yang tinggi bagi manusia, maka Iblis memusatkan gerakannya untuk memalingkan manusia dari syukur itu ( QS. 7: 17)
ثُمَّ َلآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيْهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلاَ تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِيْنَ
Artinya : kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).

11.Tidak bergaul dengan orang-orang lalai.
Sesungguhnya berinteraksi dengan orang-orang yang lalai akan dapat melupakan syukur dan menjauhkan hamba dari memikirkan nikmat-nikmat Alloh  .
Dikatakan kepada Al Hasan : Di sini ada orang yang tidak mau duduk-duduk bersama manusia lain. Maka Hasan datang kepadanya dan bertanya tentang hal ihwalnya. Dia berkata : sesungguhnya aku berada di pagi dan sore hari antara dosa dan nikmat. Aku mengganggap bahwa lebih baik aku menyibukkan diriku dengan istighfar dari dosa-dosa daripada bergaul dengan manusia, dan bersyukur kepada Alloh  atas nikmat-nikmat. Al Hasan berkata : Wahai hamba Alloh, Engkau disisiku lebih faqih daripada Hasan.

12.Doa
Karena Alloh  telah menjadikanmu termasuk orang-orang yang bersyukur, yang telah membimbingmu ke jalan kesyukuran yang merupakan tempat yang tinggi. Nabi bersabda kepada Muadz :
واللهُ إِنِّيْ أُحِبُّكَ فَلاَ تَنْسَ أَنْ تَقُوْلَ دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ اللَّهُمَّ أَعِنِّيْ عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ ( رواه أحمد و أبوا داود والنسائى وهوالصحيح )
Artinya ; Demi Alloh sesungguhnya saya mencintaimu. Jangan lupa menyebutku (ketika aku tidak ada) di tiap sholat. Ya Alloh mudahkanlah aku untuk mengingat-Mu, syukur kepada-Mu dan memperbaiki ibadah kepada-Mu.

G.Penutup.

Sekarang Anda telah mengetahui keutamaan syukur, hakekat , macam-macam dan cara-cara melestarikannya. Dan sekarang …..

1.Apakah Anda termasuk orang yang bersyukur dengan sebenarnya ?

2.Apakah Anda termasuk orang yang mencintai Alloh dengan sejujurnya ?


3.Apakah Anda termasuk orang yang merendahkan diri kepada Alloh sebagai bentuk rasa syukur kepada-Nya?

4.Apakah Anda termasuk orang yang selalu memuji Alloh  ?

5.Apakah telah tampak bekas-bekas syukur di hatimu, di lisanmu, di anggota badanmu, di akhlakmu dan dalam pergaulanmu ?

6.Apakah termasuk bersyukur terhadap nikmat Islam apabila seorang Muslim atau Muslimah yang meniru-niru orang-orang Yahudi dan Nashani dalam semua aspek kehidupannya?

7.Apakah termasuk bersyukur terhadap nikmat Islam apa yang dilakukan kebanyakan wanita sekarang seperti tabarruj, memakai pakaian yang tipis, ketat , yang keluar dari hukum-hukum syar'i , rasa malu, rasa kehormatan dan rasa kemuliaan ?

8.Apakah termasuk bersyukur jika kebanyakan kaum muslimin menunaikan sholat dengan meninggalkan jamaah dan mengikuti ahli bid'ah dan orang –orang yang sesat ?

9.Apakah termasuk bersyukur jika kebanyakan orang menganggap remeh puasa Romadhonnya dengan menghabiskan siangnya dengan tidur dan menghabiskan malamnya dengan begadang di depan acara-acara TV atau di pinggir-pinggir trotoar ?

10.Apakah termasuk bersyukur jika kebanyakan kaum Muslimin menunda naik haji padahal dirinya sudah mampu (lahir batin) ?

11.Apakah termasuk bersyukur jika orang itu menahan ( tidak membayar) zakat, enggan tangannya dari bersedekah, meninggalkan infaq; padahal itu semua merupakan kebaikan dan dia termasuk orang yang mampu ?

12.Apakah termasuk bersyukur, jika seseorang dengan terang-terangan memerangi Alloh  dengan melibatkan dirinya dalam praktek Riba , bahkan bekerja untuk memajukan usaha-usaha Riba ?

13.Apakah termasuk bersyukur, jika seseorang menghambur-hamburkan hartanya dengan menghisap rokok, narkoba, minuman yang memabukkan dan lain-lain yang berbahaya ?

14.Apakah termasuk bersyukur apa yang dilakukan kebanyakan orang-orang kaya sekarangni, dengan menghinakan nikmat itu, melemparkan makanannya dalam kotak-kotak bercampur dengan sampah dan kotoran ?

15.Apakah termasuk bersyukur apa yang dilakukan oleh para pemuda sekarang terhadap kendaraan-kendaraan mereka dengan mengbongkar-bongkar, memasang-masang yang bukan pasangannya dan ngebut gila-gilaan ?

16.Apakah termasuk syukur jika seseorang menggunakan nikmat telpon dengan pembicaraan yang jorok, menghabiskan waktu dan mengundang murka Alloh  ?

Wallohu a'lam
Maroji':
1.Al Qismul 'Alamiy daarul wathon : Ainasy Syakirun,
2.Waahatul Iiman
3.Dr. Ahmad farid : Menyucikan jiwa,
4.Al Iman Abu Bakar bin abud Dunya :Syukur membawa nikmat,

Renungan Bagi Ummahat Aktifis Dakwah

Kepada saudariku para Da’iyah …
DAKWAH YES, LALAI DALAM RUMAH TANGGA NO
Oleh
Sunarsih dan Dahniar

Kalimat di atas memang tidak mudah dilakukan bahkan terasa berat karena banyak faktor yang menyebabkan keduanya tidak mampu dilaksanakan secara seimbang sehingga kesibukan dalam berdakwah membuat urusan rumah tangga terkadang terlihat terbengkalaikan. Apa tanggapan kita jika kita melihat pemandangan di rumah seorang pendakwah, barang mainan anak-anak bercampur dengan baju-baju kotor, sampah berserakan memenuhi rumah. Anak-anaknya bermain-main sendiri tak ada yang membimbing dan mengarahkan. Buku-buku bacaan juga berserakan di meja, di tempat tidur bahkan di dapur. Piring-piring kotor, panci, sendok menumpuk di belakang; baju-baju yang sudah sekian hari terendam belum sempat dicuci. Bagaimana kepala suami tidak kayak pecah melihat semua ini ? Istri sang penanggung jawab urusan rumah tangga terlalu sibuk dengan agenda dakwah di luar rumah, yang menyita sebagian besar waktunya. Hak-hak suami yang berkaitan dengan dapur, sumur dan kasur tak terpenuhi dengan baik. Belum lagi hak anak-anak belahan hati kita, juga terkena imbasnya.
Suasana seperti ini sungguh sangat menyedihkan. Jangan kaget jika suami langsung menggunakan hak vetonya untuk membatasi aktivitas istri di luar rumah atau bahkan melarangnya sama sekali. Kalau ini terjadi, sungguh amat disayangkan. Potensi besar istrinya yang bila dimaksimalkan akan bisa menjadi agen perubah yang sangat efektif bagi sesama kaumnya. Namun ini akan hilang begitu saja, manakala dia hanya disibukkan dengan urusan-urusan rutinitas rumah tangganya. Kesempatan mendulang pahala dan kemuliaan dari jalur dahwah tertutupi sudah . Ini semua juga karena kesalahan kita para da’iyah yang “ gagal ” memanej dengan baik antara urusan pokok rumah tangga dan dakwah.
Tetapi apakah kesibukan dalam rumah tangga kemudian bisa membuat kita para muslimah berlepas diri untuk tidak berdakwah, sementara kita lihat fenomena sekarang ini jumlah wanita jauh lebih banyak daripada jumlah pria sedangkan problematika yang dihadapi wanita sangat banyak dan komplek, bahkan sudah sangat mengkhawatirkan. Musuh-musuh Alloh  dari kalangan orang-orang Kafir, Yahudi, Nasrani – yang menyimpan permusuhan abadi terhadap kaum Muslimin- telah menyusupkan program-program yang bisa membahayakan keimanan mereka tanpa kita disadari; bahkan sampai yang datangnya dari saudara kita yang seiman namun terperosok ke dalam paham-paham menyimpang yang tidak sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah.
Kalau kita cermati dengan seksama, sungguh berat tugas dakwah ini kalau tidak ada keterlibatan langsung dari para muslimah. Menyadari hal itu maka kita akan terpanggil untuk menyumbangkan potensi kita di jalan dakwah, meski kita berada pada situasi yang penuh dengan tuntutan dan himpitan hidup. Janganlah hal itu membuat kita melepaskan diri dari jalan dakwah ini, karena sesungguhnya menyebarkan dakwah adalah kewajiban kita semua, sebagaimana firman Allah  dalam surat Ali Imran :104 : “ Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung.”
Ikut berpartisipasi dalam menggerakkan motor dakwah dengan tidak melalaikan urusan dalam rumah tangga, mutlak dilakukan karena keduanya adalah tugas kita sebagai seorang muslimah. Di bawah ini ada beberapa point yang diharapkan menjadi masukan bagi kita semua-terkhusus saudariku para da’iyah-agar urusan rumah tangga dan dakwah dapat berjalan beriringan, seimbang tidak saling melemahkan. Sehingga rumah tangga kita mempunyai andil yang besar dalam menyebarkan Islam ke setiap dada kaum Muslimin. .
1.Memaksimalkan dakwah di rumah sendiri.
Memaksimalkan dakwah di rumah sendiri berarti meminimalkan dakwah di luar rumahnya. Ini perlu diupayakan oleh para da’iyah agar semua fitnah yang mungkin menimpa saat keluar dari rumahnya dapat diminimalkan. Sedapat mungkin para mad’u (binaan) diarahkan untuk mendatangi rumah kita. Dan di dalam rumah kitalah mereka kita bina, kita bimbing dalam suatu proses pembelajaran yang berjenjang dan berkelanjutan.
Upaya ini akan berhasil dengan baik, manakala kita sudah mampu memberikan pemahaman yang benar akan pentingnya menuntut ilmu bagi kehidupan seorang Muslim, sehingga mereka merasa sangat butuh dengan dakwah ini. Mereka tak segan-segan keluar dari rumahnya - dengan biaya yang besar sekalipun- demi mendapatkan ilmu agama yang sangat dibutuhkan. Begitu juga para da’iyah sedapat mungkin dapat hidup di tengah-tengah mad’unya, berinteraksi dengan mereka, bergembira bersama mereka dan ikut merasakan penderitaan mereka. Maka dakwah diprioritaskan kepada masyarakat sekitar kita, tetangga kita yang tiap hari berinteraksi dengan kita. Bukan malah sebaliknya, kita aktif sekali berdakwah di luar rumah, berangkat pagi pulang malam; tetapi tidak ada agenda dakwah di rumah kita yang menyentuh masyarakat kita, jadilah kita terasing di tengah-tengah mereka karena sangat jarang berinteraksi dengan mereka.
Apabila hal tersebut dapat kita wujudkan, maka kita tidak perlu keluar lagi dari rumah dalam berdakwah. Proses dakwah akan berlangsung secara alamiyah dan kontinyu. Namun bila kedua hal tersebut belum tercapai atau masih dalam tahap memulai dakwah, maka keluar rumah adalah sesuatu tidak bisa dihindari dalam rangka memperbanyak silaturrahmi, membuat banyak hubungan dan menyusun jaringan dakwah.
2.Kerjasama yang baik dengan suami.
Kerjasama yang baik dengan suami mutlak dijalin dalam mensukseskan dakwah kita, karena suami adalah kepala rumah tangga yang bertanggung jawab terhadap stabilitas rumah tangga. Kita sebagai da’iyah harus menjadi teladan dalam hal ini. Kerjasama yang baik dapat kita bangun manakala antara suami-istri berani mengembangkan sikap saling memahami, saling membantu, tidak sama-sama egois yang hanya mementingkan diri sendiri, yang menuntut semua hak-haknya terpenuhi sementara kewajiban-kewajibannya kadang terabaikan.
Seorang suami tidak perlu merasa gengsi atau merasa direndahkan, dilecehkan atau bahkan merasa tidak dihormati jika sekali-sekali dia membantu istrinya menjaga dan menggendong anak, menyapu dan mengepel lantai, petik-petik sayur, atau apa saja yang seambreg pekerjaan rumah tangga. Tipe suami macam apa yang tega melihat istrinya memasak sambil menggendong anak; istri juga harus mempersiapkan diri untuk mengisi pengajian atau mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah lainnya sendirian, sementara suami hanya duduk-duduk sambil membaca Al-Qur'an atau koran. Suami hendaknya jangan egois, yang hanya menuntut kesempurnaan dari istri dan menuntut selalu dilayani dalam semua hal yang sebenarnya bisa dilakukannya sendiri.
Namun kita juga harus menjaga kedudukan suami kita. Jangan sampai suami merasa telah menjadi bawahan kita, yang kerjanya hanya disuruh-suruh. Yang kerjanya hanya mengantar dan menjemput dari satu tempat ke tempat lainnya. Yang begitu taat terhadap istrinya, seakan-akan istri telah menjadi kepala rumah tangga. Kita tidak boleh merasa lebih pintar, lebih berpotensi, lebih cekatan, dan lain-lain; walaupun kenyataannya memang seperti itu. Namun suami harus kita tempatkan sebagai pemimpin rumah tangga. Kita harus tetap menghormatinya dan kita selalu membantunya agar dia mampu menjalankan fungsinya dengan sebaik-baiknya. Jika tidak, maka ketimpangan dalam keluarga akan kita rasakan.
Kita kompromikan dengan suami, pekerjaan-pekerjaan apa saja yang bisa dikerjakan bersama-sama, sehingga semuanya menjadi ringan dan berjalan lancar. Karena itu dituntut kepiawaian kita untuk mengatur waktu supaya bisa mengemban amanah dakwah di luar rumah dan tugas rumah tangga terurus dengan baik. Diperlukan sikap saling membantu pasangannya, saling lapang dada, saling menjaga perasaan pasangannya. Tidak mudah memang bahkan terasa sangat berat kalau tidak dibarengi dengan keikhlasan karena Allah  . Adanya larangan suami atau keluhan suami bila kita beraktifitas di luar rumah, mungkin juga disebabkan oleh kita sendiri yang tidak pandai mengatur waktu dengan baik, sehingga rumah tangga menjadi tidak terurus. Memang, jangankan suami, orang lain saja yang melihat rumah kita bak kapal pecah, anak-anak yang tidak terawat di tengah kesibukan kita berdakwah akan berkomentar miring apatah lagi suami yang merasakan langsung dampaknya, tentu hal ini akan menimbulkan ketidaknyamanan suami di rumah.
3.Kerjasama yang baik dengan anggota keluarga yang lain.
Kerjasama yang baik dengan suami saja kadang belum cukup untuk menyelesaikan urusan-urusan rumah tangga dan dakwah-yang terkadang-datang secara bersamaan. Apatah lagi jika suami kita juga seorang yang mempunyai jam terbang tinggi (sangat sibuk) baik dalam urusan mencari reski ataupun urusan dakwah di luar rumah. Sehingga masing-masing merasa tidak cukup waktu, walaupun tugas telah dibagi-bagi dan dikerjakan dengan penuh tanggung jawab; tetap saja masih banyak urusan-urusan yang tidak bisa diselesaikan. Ini semua karena saking banyaknya urusan dan sempitnya waktu yang tersedia.
Sering kita dengar orang bergumam ; ini adalah anak tantenya, anak nenek atau anak tetangganya. Ungkapan ini muncul karena interaksi anak dengan mereka lebih intens daripada dengan orangtuanya. Para orangtua sering dengan “terpaksa” menitipkan anak-anaknya kepada tante, nenek atau bahkan tetangga ketika tugas dakwah menunggunya. Mereka menyangka bahwa kondisi seperti ini adalah bentuk kegagalan orangtua. Mereka menyamakannya dengan kondisi keluarga yang broken home; yang anaknya terlantar tidak terurus, atau lebih akrab dan dekat dengan pembantu dikarenakan orangtua hanya memburu materi saja. Orangtua hanya menyiapkan kebutuhan materi anak. Semua keinginan anak dipenuhinya tanpa mempertimbangkan sisi baik buruk atau azas manfaatnya.
Menyamakan dua kondisi di atas adalah tidak proporsional. Keluarga muslimah yang dilandasi keimanan, yang selalu memburu ridho Alloh  bagaimana mungkin disejajarkan dengan keluarga yang hanya memburu harta; walaupun durasi waktu bersama anak-anaknya mungkin sama. Tapi yang pasti kualitasnya berbeda. Apakah jika anak-anak sering dititipkan kepada tantenya atau neneknya atau tetangganya, berarti dia telah diabaikan atau ditelantarkan ? Apakah ini sudah cukup menjadi barometer bahwa kita jauh dari anak-anak, tidak akrab, tidak memperhatikan mereka ? Bukankah ini merupakan bentuk kerjasama dalam kebaikan dan taqwa, bagi siapa saja yang terlibat di dalamnya akan mendapatkan bagian pahala ? Bukankah dakwah itu menjadi kewajiban tiap muslim menurut kadar masing-masing ? Seorang muslim yang tak mampu berdakwah secara langsung, bisa mengambil peran lain seperti membantu menjaga anak-anak kita, sehingga dakwah itu bisa berjalan.
Keluarga muslimah sadar betul akan tanggung jawabnya terhadap anak; disamping membutuhkan perhatian dan pemenuhan kebutuhan fisiknya juga membutuhkan kasih sayang orangtua terutama ibu. Adalah mustahil bila keluarga pendakwah dengan sengaja mengabaikan hal ini. Maka saling membantu di antara anggota keluarga, sangat mendukung kesuksesan dakwah kita.
4.Kerjasama yang saling menguntugkan.
Keluarga pendakwah harus terus berfikir mencari cara untuk memperlancar tugas dakwah tanpa mengabaikan tugas-tugas yang lain dan terus berusaha menghilangkan rintangan–rintangan dakwah, termasuk meringankan tugas-tugas rumah tangga.
Jika kondisi keuangan kita ”cukup” dan situasi rumah “memadai” , maka kita bisa memanggil seseorang untuk tinggal bersama kita. Tentunya dipilih dari mereka yang paling “memungkinkan dan aman” dari segi syariat, seperti adik laki-laki atau kemenakan laki-laki kita, adik perempuan suami atau kemenakan perempuannya. Sambil menyelam minum air, sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Mereka mendapatkan bimbingan, arahan dan “penghidupan” dari kita, sementara mereka “mengambil” sebagian tugas-tugas kita yang berhubungan dengan pekerjaan-pekerjaan rumah, seperti mencuci baju, piring, menyapu mengepel lantai. Inilah kerjasama yang saling menguntungkan.
Ada juga wanita-wanita dari daerah yang sedang menuntut ilmu dan sangat membutuhkan tempat “bernaung dan berlindung” yang aman. Kita bisa memanggil satu atau dua dari mereka untuk tinggal di rumah kita. Kita siapkan fasilitas yang cukup bagi mereka tentunya atas idzin uami dan berdasarkan pertimbangan yang benar-benar matang dari banyak sisi. Karena bisa jadi bukan kebaikan yang kita dapatkan, tetapi justru mara bahaya yang menghampiri kita.
Sebelum membangun rumah tinggal, hendaknya dirancang dengan baik terutama sirkulasi keluar masuk rumah, harus dipertimbangkan dengan seksama. Misalnya rumah kita dirancang seakan-akan dua rumah, satu bagian untuk kita sekeluarga dan satu bagian lagi untuk mereka. Sehingga dapat diminimalkan kontak langsung suami kita dengan mereka dan dapat terjaga pula rahasia-rahasia keluarga.
Mereka mendapatkan fasilitas untuk mencapai tujuannya, sedangkan kita terbantu dalam menyelesaikan sebagian tugas-tugas rumah tangga.

5.Menjaga kesehatan fisikjasmani
Jasmani yang sehat dan kuat mendukung pertumbuhan ruhani yang kuat. Karena itu menguatkan jasmani merupakan bagian dari penguatan jiwa. Secara ilmiah telah dibuktikan kalau orang yang sehat lebih bersemangat dan percaya diri daripada orang yang sakit. Banyak muslimah dengan keinginan yang kuat untuk berdakwah disamping mengurus rumah tangga, namun karena sakit-sakitan keduanya tidak bisa berjalan berdampingan. Oleh sebab itu diupayakan sebelum sakit kita, senantiasa menguatkan jasmani dengan memegang prinsip “lebih baik mencegah daripada mengobati”.
Usaha untuk menjaga kesehatan badan dapat kita lakukan di antaranya dengan memakan makanan yang halal dan bergizi, mengatur pola makan, makan dengan teratur dan jangan lupa berolah raga yang teratur. Makanan yang bergizi tidak harus dari bahan yang mahal. Tetapi cukuplah yang memenuhi “empat sehat lima sempurna” yang terdiri dari nasi, sayur, lauk, buah-buahan serta susu. Banyak di kalangan keluarga yang sibuk, tidak memperhatikan lagi kualitas gizi makanan. Mereka tak punya cukup waktu untuk memilih jenis yang bergizi, sehingga makanan instan sering menjadi pilihan. Maka sangat wajarlah bila banyak para da’i/ da’iyah yang seperti ini sering sakit-sakitan.
Namun bagi kita yang sudah terlanjur sakit jangan berputus asa; berkonsultasilah dengan dokter dan jangan lupa berdo’a kepada Allah  . Ingat jangan pernah merasa lemah dan tidak berdaya karena sifat yang demikian akan mempengaruhi kejiwaan kita. Sebuah penelitian membuktikan bahwa semangat yang kuat untuk sembuh merupakan bagian dari peneyembuhan itu sendiri. Juga sifat lemah dan merasa tidak berdaya mengundang rasa tidak percaya diri, yang ujung-ujungnya mematikan semangat dakwah dan menyuburkan rasa malas.

6.Memperbanyak kader
Dalam dakwah ini diperlukan sebuah organisasi agar kita bisa berbagi tugas karena mustahil kita bisa bergerak sendiri. Pekerjaan yang berat sekalipun kalau kita beramai-ramai mengerjakannya Insya allah akan terasa ringan. Mengajak orang-orang untuk berjalan seiring dengan misi kita tentu tidak semudah mengajak teman untuk diajak jalan-jalan ke mal, diajak untuk makan-makan karena jalan dakwah ini penuh dengan suka dan duka, Hanya orang-orang yang terbina yang bisa bertahan dalam mengarungi lautan dakwah.
Oleh sebab itu dakwah butuh kader yang terbina sebagai roda penggeraknya, kader yang terbina Insya Allah tidak akan mengenal lelah dalam mengembangkan misi dakwah. Apalagi melihat kompleksnya permasalahan dakwah sekarang, sehingga kader yang banyak dan berkualitas mutlak diperlukan. Kita perlu kader untuk membantu kita dalam berdakwah baik itu yang langsung tampil di depan atau pemain layar belakang dengan membantu tugas-tugas ummahat di rumah, membantu menjaga anaknya dsb, inilah gunanya ukhuwah dalam Islam yang dapat membantu tugas-tugas kita, seperti dalam surah Al-Maidah:2. Juga kader dibutuhkan sebagai generasi pelanjut perjuangan kita supaya misi dakwah ini berjalan terus.melanjutkan.
7.Mendelegasikan sebagian tugas rumah tangga kepada “Mesin”
Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa sebagian besar manusia saat ini telah tergantung kepada “mesin”. Mesin-mesin telah masuk ke rumah- rumah kita, dan keberadaannya sangat membantu meringankan beban kita. Mesin adalah alat yang dapat mengerjakan tugas-tugas kita, sehingga kita dapat menghemat waktu dan tenaga, walau harus mengeluarkan tambahan biaya untuk pembelian, perawatan dan energinya.
Berbagai tugas kita telah dapat diambilalih oleh mesin. Mesin cuci dapat mencuci pakaian dengan cepat dan dapat pula mengeringkannya. Magic Jar dapat memasak nasi tanpa harus ditunggu dan dibolak-balik. Mesin Blender dapat menghaluskan bumbu-bumbu tanpa harus menumbuknya. Air panas dapat diambil kapan saja dengan bantuan mesin.
Namun pengadaan “mesin” harus benar-benar dipertimbangkan. Kita sudah benar-benar membutuhkannya demi efisiensi waktu dan tenaga. Kondisi “keuangan” kita harus sudah “siap”, baik dalam pembelian maupun untuk biaya operasionalnya. Karena jika kondisi keuangan kita belum siap dan kita memaksakan diri, maka akan timbul permasalahan baru yang mungkin lebih pelik lagi.
Gaya hidup “konsumtif” dan “serba beli” adalah sumber pemborosan yang utama. Sebesar apapun penghasilan suami, tidak akan mampu menabung jika gaya hidupnya adalah konsumtif dan serba beli. Padahal untuk pengadaan “mesin” membutuhkan dana ekstra, tentunya dari tabungan kita. Bagaimana jika tidak ada tabungan? Apakah kita akan mencari uang pinjaman kesana kemari? Ataukah kita akan melirik kepada “ bank-bank negeri atau swasta”? Ataukah kita akan terpaksa membeli mesin dengan sistem kredit yang kebanyakan “mencekik” kita?. Tentunya “menahan diri dan bersabar” lebih utama daripada harus mendapatkan masalah baru. “Berhemat tanpa konsumtif, masak sendiri tanpa serba beli” adalah cara jitu agar kita bisa menabung. Juga tidak ada larangan bagi kita membantu suami dengan mengelola bisnis-bisnis kecil di rumah, tentunya yang tidak sampai mengganggu aktivitas dakwah kita.
Beberapa kiat dalam pengadaan dan penggunaan mesin :
a.Pastikan bahwa kita sudah sangat butuh terhadap mesin tersebut.
b.Carilah informasi yang akurat terhadap produk mesin tersebut.
c.Ajaklah kerabat kita yang mempunyai keahlian dalam mesin tersebut untuk membantu memilihkan produk yang berkualitas.
d.Ikutilah aturan pemakaian mesin dengan sebaik-baiknya, agar mesin bisa awet dan tahan lama..
e.Jika ada kerusakan walau hanya sedikit, bersegeralah memanggil ahlinya.
Nah.., manakala sudah ada mesinnya tinggal dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya; semoga dapat mengambilalih beberapa pekerjaan kita. Sehingga kita bisa melaksanakan tugas-tugas rumah tangga tanpa harus mengurangi jatah waktu untuk berdakwah apatah lagi sampai meninggalkan arena dakwah.

Penutup
Kepada para da’iyah, renungkanlah, agar kita sukses di rumah kita juga sukses dalam dakwah-dakwah kita. Amin ya rabbal ‘alamin.

Kelas VIII: Teorema Pythagoras

Teorema Pythagoras

Pengikut