Dirosa Kini

 Sdh banyak yg menganggap mu sebagai sarana utk membina ummat. Ini merupakan anugerah dari Nya. Yg  hrs disyukuri dgn memaksimalkan dirosa di masyarakat 

Ketemu lagi

 Bismillah

Lama sekali blog ini tak sapa. Moga bisa segera diaktifkan lagi sehingga bisa memberikan manfaat yang banyak kepada sesama


ttd

Komari Karmani

Jumpa lagi

Jumpa lagi

Assalamu alaikum awarahmatullahi wa barakaatuh.
setahun sudah, tidak ada aktifitas blog ini karena begitu banyak kesibukan dakwah sehingga terabaikan utk menuliskan ide-ide diblog ini.

Mohon maaf.... semoga, bisa dilanjutkan

Jumpa Kembali

Terasa sangat lama, saya tak berkomunikasi lewat blog ini, maka mulai saat ini saya akan berusaha untuk kembali dengan berbagai macam kegiatan di lingkup pendidikan al qur'an, semoga bermanfaat



Inikah masalah Anda dalam Mengajarkan baca tulis Al-Qur'an di TK/TP Al-Qur'an atau SD/MI ?

1. Mutu Pendidikan al-Qur’an belum sesuai dengan harapan
2. Suasana belajar santri yang gaduh, ribut, santri berlarian, bermain-main
3. Santri droup out sebelum khatam al-Qur’an.
4. Santri sudah tadarrus al-Qur’an dan diwisuda, tetapi mengajinya belum lancar dan tartil.
5. Kualitas Ustadz/ah belum standar baik bacaan maupun ketrampilan mengajarnya.

 

Ikutilah!!!

>> Pelatihan Standarisasi Metode Tilawati Angkatan ke-XII <<

 

 Bersama Tim Pelatih Tilawati Cabang Al Ishlah Gowa Sul-Sel :

1. Ust. Komari, S.Pd ( Kepala Cabang Tilawati, Penulis Buku Materi Hafalan Santri dan Buku-buku TK-TPA lainnya) dan Tim Ikhwan.
2. Ustadzah Dra. Sunarsih ( Ketua Diklat Akhwat, Penulis Buku Materi Hafalan Santri dan Buku-buku TK-TPA lainnya) dan Tim Akhwat.

Materi Pelatihan :

1. Penguasaan buku Tilawati 1-5 dengan murottal sederhana
2. Metodologi Pengajaran Metode Tilawati
3. Mikro teaching/ Praktek mengajar
4. Standarisasi guru Al-Qur’an

Hari/Tanggal : Sabtu-Ahad, 18-19 Mei 2013
Waktu : 08.00 – 17.00
Tempat : Masjid Al Hidayah Aspol Batangkaluku Jl. Malino Sungguminasa*

Pendaftaran : 10 April- 17 Mei 2013
Daftar via SMS : "DAFTAR (NAMA) STANDARISASI XII"
Contoh >> DAFTAR LATHIFAH NUR AMATULLOH STANDARISASI XII, Kirim ke :
1. Ust. Sudarman, S.Pd.I 085-299-339-437
2. Ust. Abdur Rahman 085-397-7171-00
3. Ust. Nurhaco, S.Pd 085-255-383-532
4. Ustadzah Sari Ma'ruf 081-355-890-794
5. Lathifah Nur Amatulloh 089-694-818-770
atau via email >> format yang sama dengan via sms, kirim ke :
1. Lathifahnuramatulloh@ymail.com
2. Komarialkadiri@gmail.com

Kontribusi : Rp. 100.000,- /Peserta**
(Termasuk buku Tilawati 1-6, Snack, Lunch, dan Sertifikat)

Pelatihan diakhiri dengan Munaqosyah, bagi yang lulus akan diberikan Syahadah dari Pesantren Al-Qur'an Nurul Falah Surabaya.

 

INGAT!!!

"Santri yang berkualitas, berawal dari Ust/ah yang berkualitas!"


 
Prosedur pendaftaran :
1. Calon peserta mendaftar via SMS dan email sesuai yang keterangan di atas
2. Calon peserta mengisi formulir pendaftaran, kemudian mengirim ke email : komarialkadiri@gmail.com, atau calon peserta bisa print langsung formulir. dan formulir di bawa pada saat hari pelaksanaan. formulirnya dapatkan disini. 
3. Kontribusi bayar langsung pada hari pelaksanaan di tempat.
 
Lihat dan Buktikan dan Saksikan Santri-santri Kami yang sudah menggunakan Metode Tilawati:
1. TK-TPA Nurul Istiqomah Kp. Jangka
2. TK-TPA Al Hidayah Aspol Bt. Kaluku
3. TK-TPA Al Mujahidin Bt.Baddo
4. TK-TPA Hayat Kamal Panggentungan
5. TK-TPA Khadijah Binti Khuwailid Pallangga Mas
6. TK-TPA Nurul Iman Bt.Ramba
7. TK-TPA Al Husna Taborong
8. TK-TPA Nurul Huda Panciro
9. TK-TPA Nur Rahman Bt.Majannang
10. dan lain-lain ^_^



*) Tempat sewaktu-waktu dapat berubah dan akan dikonfirmasikan
**) Bagi Ust/ah yang mau Mengulang kembali, dapat potongan Kontribusi 50 %

Kegiatan Kami di LP3Q

Banda Acah, 20-23 Juni 2012 M Setiap melafadzkan kata “Aceh”, fikiran kita selalu dibawa ke tragedy yang sangat memilukan yang menimpa rakyat Aceh 8 tahun silam yaitu gempa dahsyat yang disusul dengan tsunami. Tragedi ini telah meluluh lantakkan bangunan-bangunan dan menewaskan 300-an ribu masyarakat Aceh. Lembaga-lembaga kemanusiaan swasta maupun pemerintah; dalam maupun luar negeri hiruk pikuk memberikan bantuan dalam rangka memulihkan keadaan Aceh. Lambat laun kondisi Aceh dapat pulih kembali, namun banyak mewariskan akibat-akibat sampingan. Di antaranya adalah pola hidup yang konsumtif, kurang bersemangat bekerja; yang kemudian berdampak pada melambungnya harga-harga kebutuhan pokok masyarakat. Pada Sabtu, 23 Juni 2012 sekitar pukul 11.30 wib, Aceh kembali bergetar dengan goncangam gempa. Walaupun gempa ini tergolong kecil, tetapi cukup membuat masyarakat khawatir akan terulangnya kejadian 8 tahun silam. Bahkan getaran siang itu dirasakan pula oleh masyarakat Medan. Kondisi masyarakat Aceh Di Kota Banda Aceh (ibukota Nangroe Aceh Darussalam), terdapat berbagai macam pemeluk agama. Meskipun yang dominan adalah pemeluk agama Islam, namun kita juga dapat menjumpai beberapa tempat ibadah bagi agama-agama non Muslim seperti Gereja dan Klenteng. Sekitar 98 % penduduk Kota Banda Aceh memeluk agama Islam dan 2 % agama lainnya. Bahkan di kecamatan Meuraxa, dan Ulee Kareng 100 persen penduduknya beragama Islam. Penduduk Non Muslim paling banyak bertempat tinggal di Kecamatan Kuta Alam. Jumlah penduduk pada tahun 2010 sebesar 224.209 jiwa berdasarkan hasil proyeksi sensus penduduk yang dilakukan oleh BPS. Dengan luas wilayah Kota Banda Aceh 61.36 kilo meter persegi maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kota Banda Aceh adalah sebanyak 3.654 jiwa per kilo meter persegi. Kondisi umum masyarakat Aceh adalah agamis bernafaskan Islam, dengan ciri fanatik terhadap madzhab syafi’i dan yang dijabarkan dalam tarekat Sattariyah dan Naqsabandiyah. Sehingga ada dua sebutan yang melekat bagi masyarakat Aceh yaitu Dayah dan Sunnah. Dayah dilekatkan pada masyarakat penganut tarekat dengan berbagai macam amaliyah seperti peringatan maulid Nabi  , Isra’ Mi’raj dan lain-lain; Sedangkan Sunnah dilekatkan kepada selain mereka. Dirosa ikut “menggetarkan”Aceh. Setelah sepekan melakukan perintisan dakwah di Medan Sumatra Utara bersama Tim, Ketua LP3Q DPP Wahdah Islamiyah tak menyia-nyiakan kesempatan untuk bertandang ke NAD dengan Bus malam 12 jam lamanya, dalam rangka sosialisasi LP3Q, temu pengurus dan binaan serta terlebih khusus melakukan serangkaian pelatihan Dirosa. Agenda hari pertama 20 Juni adalah pelatihan Dirosa bagi segenap pengurus DPD Wahdah Islamiyah banda Aceh, diikuti oleh 6 ustadz dan 30 ustadazah bertempat di rumah qur’an DPD Wahdah Islamiyah sekitar masjid Oman Banda Aceh. Agenda hari kedua 21 juni 2012 adalah pelatihan Dirosa bagi masyarakat umum dan mahasiswa, bertempat di masjid Al Hasyimi/ masjid Putih. Pelatihan ini berjalan lancar walaupun pesertanya kurang maksimal karena mahasiswa yang diharapkan hadir (IAIN Ar Raniri dan Unsyiah) sedang ujian final. Sedangkan di malam harinya, melakukan pertemuan dengan segenap pengurus DPD Wahdah Islamiyah Banda Aceh. Pada hari ketiga 22 Juni 2012 ada dua agenda yaitu napak tilas tsunami dan sosialisasi Dirosa di masjid At Taqwa Lhong Raya. Napak tilas tsunami diawali dari pantai Ulee Lheue, pekuburan massal dengan 14.000 lebih mujahid Tsunami, Kapal apung PLTD yang terseret 5 km dan terparkir di pemukiman warga. Sedangkan sosialisasi Dirosa di masjid Taqwa diikuti oleh kurang lebih 50 peserta yang merupakan jamaah taklim rutin ust. Muh. Hatta, LC. Target kegiatan ini adalah pengenalan Dirosa sebagai sebuah sistem pembinaan Islam, siapa tahu nantinya ada yang tertarik ikut pembinaan Dirosa atau ada yang berminat untuk ikut mengajarkan Al-Qur'an sistem Dirosa. Di hari keempat 23 Juni 2012 merupakan hari yang terakhir dengan agenda yang padat. Pertama, berkunjung ke museum tsunami dan lanjutan ke kapal apung PLTD. Kedua, Liqo’ bersama Lembaga Muslimah sekaligus mengisi tarbiyahnya. Ketiga, mengisi pelatihan Dirosa kepada 30-an mahasiswa Ma’had Ash Shiddiq (binaan yayasan ash shilah) antara ashar sampai Isya’. Keempat, mabit bersama pengurus DPD Wahdah Islamiyah Banda Aceh. Dari rangkaian pelatihan kali ini setidaknya DPD Wahdah Islamiyah Banda Aceh “bergetar” dan mulai kepanasan untuk segera mempraktekkannya apalagi bulan Ramadhan telah dekat. Peluang-peluang. Wahdah Islamiyah memiliki peluang yang sangat besar untuk bisa berkembang di tengah-tengah masyarakat Aceh yang agamis. Apalagi didukung dengan penerapan otonomi khusus yang memberikan kesempatan yang lebih luas bagi gerakan-gerakan dakwah. DPD Wahdah Islamiyah Banda Aceh walaupun baru satu tahun resmi sebagai DPD, namun sepak terjangnya telah masuk ke kampus-kampus besar terutama IAIN Ar Raniri dan Unsyiah. Tantangan Sebagai lembaga dakwah pendatang baru, DPD Wahdah Islamiyah Banda Aceh-pun tak lepas dari aneka hambatan dan tantangan, baik internal maupun eksternal. Di internal lembaga, masih butuh waktu yang cukup untuk lebih mendewasakan para pengurus dan kader lembaga agar bisa memaksimalkan pembinaannya terhadap diri sendiri dan masyarakat. Juga keberadaan kantor sekretariat yang sampai sekarang masih menumpang (hingga batas Desember 2012 depan) sedikit banyak meminta perhatian yang serius, terlebih lagi dengan adanya instruksi Ketiua Umum DPP Wahdah Islamiyah agar setiap DPD menyiapkan lahan yang strategis untuk markas. Markaz DPD Wahdah Islamiyah Banda Aceh sekarang di Lampriet sangat strategis, di jantung kota, dekat kampus dan pusat pemerintahan. Lokasi tersebut berukuran kurang lebih 25 m x 20 m dan di atasnya telah berdiri gedung 7m x 20 m dan 2 lantai. Saat ini gedung tersebut selain sebagai markaz DPD juga untuk Rumah Qur’an dan telah ditawarkan kepada DPD Wahdah Islamiyah Banda Aceh untuk dibebaskan. Hanya saja harganya yang cukup tinggi mencapai 1,2 M, yang menurut harga umum sudah tergolong murah. Dokumentasi : NAD (Nangroe Aceh Darussalam) Bergetar - Peserta pelatihan Dirosa (Pengurus DPD Wahdah Islamiyah Aceh) NAD (Nangroe Ac... NAD (Nangroe Aceh Darussalam) Bergetar - Peserta pelatihan Dirosa (Pengurus DPD Wahdah Islamiyah Aceh) NAD (Nangroe Aceh Darussalam) Bergetar - Peserta pelatihan Dirosa (Pengurus DPD Wahdah Islamiyah Aceh) NAD (Nangroe Aceh Darussalam) - Liqo’ bersama pengurus DPD Wahdah Islamiyah Aceh selepas ta’lim rutin NAD (Nangroe Ac... NAD (Nangroe Aceh Darussalam) - Liqo’ bersama pengurus DPD Wahdah Islamiyah Aceh selepas ta’lim rutin NAD (Nangroe Aceh Darussalam) - Liqo’ bersama pengurus DPD Wahdah Islamiyah Aceh selepas ta’lim rutin NAD (Nangroe Aceh Darussalam) Bergetar - Sosialisasi Dirosa di hadapan jamaah masjid Taqwa Lhong Jaya NAD (Nangroe Ac... NAD (Nangroe Aceh Darussalam) Bergetar - Sosialisasi Dirosa di hadapan jamaah masjid Taqwa Lhong Jaya NAD (Nangroe Aceh Darussalam) Bergetar - Sosialisasi Dirosa di hadapan jamaah masjid Taqwa Lhong Jaya NAD (Nangroe Aceh Darussalam) Bergetar - Suasana pelatihan Dirosa bagi Tullab Ma’had Ash Shiddiq Aceh NAD (Nangroe Ac... NAD (Nangroe Aceh Darussalam) Bergetar - Suasana pelatihan Dirosa bagi Tullab Ma’had Ash Shiddiq Aceh NAD (Nangroe Aceh Darussalam) Bergetar - Suasana pelatihan Dirosa bagi Tullab Ma’had Ash Shiddiq Aceh NAD (Nangroe Aceh Darussalam) Bergetar - Foto bareng bersama para Tullab Ma’had Ash Shiddiq NAD (Nangroe Ac... NAD (Nangroe Aceh Darussalam) Bergetar - Foto bareng bersama para Tullab Ma’had Ash Shiddiq NAD (Nangroe Aceh Darussalam) Bergetar - Foto bareng bersama para Tullab Ma’had Ash Shiddiq

Dialah neneknya TK-TPA

Dialah Neneknya TK-TPA (bagian 2 dari 2 Tulisan)
Oleh
Komari Bin Karmani

Amanah sebagai Ketua lembaga Muslimah Wahdah Islamiyah Gowa.
Selama 2 periode penuh selama 8 tahun, dia diberi amanah menjadi ketua Lembaga Muslimah. Semua program-program kerja lembaga dirancang untuk mensukseskan program pendidikan al-Qur'an yang digelutinya. Jiwa raganya, perhatian bahkan hampir setiap tarikan nafasnya selalu berorientasi pada pendidikan al-Qur'an, dia begitu menjiwai bidangnya ini. Apatah lagi sang suami kala itu menjabat ketua LPTKA (lembaga pembinaan TK-TPA al-Qur'an) yang kemudian menjadi ketua DPC Wahdah Islamiyah Gowa; menjadikan pendidikan al-Qur'an sebagai program utama. Walaupun program-program lainnyapun juga mendapatkan perhatian dan bisa berjalan.
Sebagai ketua Lembaga Muslimah dengan anggota pengurus lain yang sebagian besar adalah binaan-binaannya, menyebabkan hampir semua ide-idenya menjadi sebuah keputusan Lembaga Muslimah, termasuk memasukkan tim Dirosa akhwat dalam struktur kepengurusan Lembaga Muslimah. Dengan tim ini, Lembaga Muslimah Gowa aktif bergerilya mendatangi masyarakat untuk dibina melalui program Dirosa (Dirasah Orang Dewasa). Siapapun dari elemen kaum muslimin diajak kerjasama dalam program pembinaan, seperti para ketua majelis taklim, tokoh-tokoh masyarakat, istri-istri pejabat bahkan lembaga islam lain.
Lembaga muslimah di bawah kepemimpinannya seakan-akan hidup, bergerak melakukan kerja-kerja dakwah. Semua personil Lembaga Muslimah baik yang lama maupun yang baru dikerahkan sebisa-bisanya untuk membina kaum Muslimin. Bagi yang belum PD (percaya diri) atau yang masih rendah PD-nya, diadakan aneka pelatihan-pelatihan secara rutin berkala; agar mereka siap terjun ke masyarakat untuk berdakwah melalui program Dirosa (Dirasah Orang Dewasa). Dan banyak di antara pembina Dirosa yang berhasil membina dirinya menjadi seorang da’iyah/ muballighot.
Bukti lain keseriusannya dalam pendidikan al-Qur'an adalah kegiatan kursus tartil al-Qur'an dan studi banding TK-TPA di pulau Jawa yaitu AMM Yogyakarta (balitbangnas LPTQ; pusat IQRA’), Yayasan Raudhatul Mujawwidin Semarang (pusat metode Qiroaty) dan Pesantren Virtual Al-Qur'an Nurul Falah Surabaya (pusat metode Tilawati). Kegiatan ini dilaksanakan sebanyak 2 kali angkatan yang diikuti oleh tidak kurang dari 15 pasang (suani istri) pengajar al-Qur'an di TK-TPA maupun Dirosa dengan biaya yang sebagian besar ditanggung oleh lembaga.

Ujianpun akhirnya datang.
Sudah menjadi sunnatullah, bahwa setiap manusia akan mendapatkan ujian yang sesuai dengan kadar keimanannya.
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوْا أَنْ يَّقُوْلُوْا ءَامَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُوْنَ
Artinya : Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi (QS. Al-Ankabut : 2).
Orang –orang yang beriman pasti akan mendapatkan ujian, sebagai pembuktian keimanannya; apatah lagi bagi orang-orang yang menyatakan dirinya sebagai da’i/da’iyah yang memperjuangkan agama Allah .
Pembinaan di Gowa dengan berbasiskan pada pendidikan al-Qur'an, ternyata mendapatkan tanggapan yang luar biasa dari masyarakat. Di samping memasyarakatkan manhaj salaf, juga memperkenalkan lembaga Wahdah Islamiyah dengan berbagai ciri khasnya, seperti jilbab besar bahkan cadar, kaos kaki dan lain-lain. Masyarakat menjadi terbiasa dengan penampilan-penampilan seperti itu, dan dapat bergaul dengan mereka.
Selain tanggapan positif juga ada tanggapan-tanggapan yang miring, yang mencari kelemahan-kelemahannya. Dia dituding-tuding sebagai orang mencari popularitas lewat wahdah, mendompleng wahdah, mencari keuntungan pribadi dengan menerbitkan buku-buku. Kata-kata seperti ini meluncur deras bagaikan anak panah lepas dari busur, menghunjam dada dan mencabik-cabiknya. Kenapa kata-kata yang pedas seperti itu harus keluar, tidak adakah kata-kata yang lebih santun. Hatinya sakit sekali seiring makin melemahnya fisik, karena infeksi saluran kencing dan sakit gulanya. Kata-kata pedas itu selalu menginyang-inyang di telinganya, bahkan sampai berbulan-bulan lamanya.
Apakah yang mereka tuduhkan itu benar ? Apakah benar dirinya sudah memanfaatkan Wahdah untuk kepentingan pribadinya ? Jika memang benar maka sungguh celakalah . Semua jerih payahnya akan sia-sia.
Hanya kepada Allah-lah dia mengadukan semua semuanya. Dengan seksama suami mendengarkan semua aduan sang istri. Kemudian memberikan arahan dan hiburan; bahwa dalam dakwah pasti ada tribulasi-tribulasi, tidak usah terlalu difikirkan. Tidak boleh mundur dari perjuangan, apatah lagi sampai menarik dukungan atau meninggalkan Wahdah Islamiyah. Tidak boleh ada dendam, kita adalah kader-kader Wahdah Islamiyah yang sama-sama berjuang untuk Islam, kita masih mengganggap Wahdah sebagai lembaga yang paling cocok dengan kita. Kita berdakwah untuk Allah , mencari ridha-Nya bukan untuk mencari keridhaan manusia. Jika teman-teman di Wahdah menganggap baik dan mau mengembangkan, maka mari kita sama-sama kembangkan. Jika mereka tidak berkenan, kita bisa kembangkan sendiri. Kita sudah lihat tanggapan masyarakat tentang Dirosa yang begitu antusias.
Berdasarkan semua pertimbangan, maka ketua DPC Wahdah Islamiyah Gowa-kala itu adalah suaminya sebagai ketua- memberikan solusi bahwa untuk sementara tim Dirosa akhwat berada satu atap dengan tim Dirosa Ikhwan yaitu dibawah koordinasi LP3Q Gowa, sambil menunggu kebijakan dari DPP Wahdah Islamiyah.

SK itu menjadi obat duka lara.
Waktu terus berjalan, mengikuti sunnatullah. Manusia hanya bisa merencanakan, bisa berbuat tetapi hasilnya mutlak di tangan Allah . Manusia tidak tahu ada apa dibalik semua peristiwa yang terjadi. Apa hikmah dari semua ini, dan bagaimana kelanjutannya. Semuanya hak mutlak di tangan Allah  .
LP3Q DPP Wahdah Islamiyah sebagai lembaga penanggungjawab pendidikan al-Qur'an dengan garapan TK-TPA, pendidikan al-Qur'an orang dewasa, dan tahsinul qira’ah; membentuk tim telaah terhadap metode pengajaran al-Qur'an bagi orang dewasa yang merupakan hasil karya karya kader Wahdah Islamiyah. Tugas tim adalah menelaah dan memutuskan metode mana yang lebih layak dipakai dan ditetapkan sebagai program nasional Wahdah Islamiyah. Dan keputusan tim telaah menetapkan bahwa Dirosalah yang layak dipakai bagi semua kader Wahdah Islamiyah pada pengajaran al-Qur'an orang dewasa.
Lega, gembira, bahagia, dan aneka perasaan suka cita menyelimutinya, begitu pula anggota tim Dirosa lainnya. Ada kesempatan bagi Dirosa secara legal kelembagaan untuk berkembang di semua binaan Wahdah Islamiyah seluruh Indonesia. Terlebih lagi dengan turunnya SK (surat Keputusan) DPP Wahdah Islamiyah tentang Dirosa kemudian diikuti dengan acara Lounching Dirosa dan lokakarya nasional LP3Q ; membuat dia seakan-akan telah melupakan semua duka lara selama ini. Apatah lagi dalam acara tersebut, dia mendapatkan penghargaan sebagai Pelopor pendidikan al-Qur'an Wahdah Islamiyah bersama 5 ustadz lainnya.
Bersama suami-yang sekarang diberi mandat sebagai ketua LP3Q DPP Wahdah Islamiyah- dia kawal Dirosa dan TK-TPA hingga benar-benar eksis di seluruh cabang/binaan. Pelatihan demi pelatihan diadakan, dari daerah satu ke daerah yang lain terus digalakkan. Sulsel, Sulbar, Sultra, Sulteng, Kaltim, Jawa dan Papua Barat telah dijelajahi. Bukan semata-mata agar Dirosa dan TK-TPA bisa diterapkan di sana tetapi lebih dari itu, bahwa Dirosa dan TK-TPA menjadi sarana rekrutmen kader dan jembatan bagi pembinaan kepada masyarakat, yang akan mempercepat eksistensi Wahdah Islamiyah di daerah. Walaupun begitu, tim Dirosa akhwat Gowa tetap konsisten memberikan pembinaan-pembinaan kepada masyarakat Gowa dengan menyebarkan tidak kurang dari 50 tenaga ustadzah.

Tetap eksis di dunia TK-TPA.
Jiwanya begitu terpaut dengan TK-TPA, hampir setiap tarikan nafasnya, denyutan jantungnya dan lintasan fikirannya selalu mengarah kepada TK-TPA. Dia terus berupaya ada inovasi-inovasi dalam pendidikan al-Qur'an di TK-TPA sehingga kualitas santri bisa meningkat. Rapat kecil-kecilan bersama suami, diskusi membicarakan upaya peningkatan kualitas pengajaran TK-TPA selalu dilakukan setiap waktu. Banyak perbincangan-perbincangannya mengarah ke TK-TPA. Seperti gayung bersambut, sang suami mampu mengimbangi semua ide-idenya yang muncul kapan saja.
Setelah lepas dari semua jabatan di Lembaga Muslimah, dia kembali membuat gerakan baru di TK-TPA yaitu pengajaran baca al-Qur'an metode Tilawati. Perkenalannya dengan metode Tilawati terjadi tanpa di sengaja. Berkat jasa seorang temannya di Ngawi, dia diperkenalkan dengan penulis metode Tilawati dan sempat beliau memberikan presentasi tentang metode Tilawati di Sragen pada jam 22.00 wib. dihadapan para Pembina Dirosa yang sedang studi banding dan kursus tartil al-Qur'an di AMM Yogyakarta. Rupanya dia tertarik, karena proses pengajaran metode Tilawati sangat mirip dengan Dirosa yang dia kembangkan. Setelah presentasi kedua metode Tilawati oleh Penulisnya dihadapan Ustadz/ah TK-TPA binaan LP3Q Gowa, mantaplah untuk mempelajari lebih lanjut, maka diberangkatkanlah rombongan Ustadz/ah untuk kursus standarisasi pengajar al-Qur'an metode Tilawati di Surabaya. menerapkan dan menguji dan membandingkan. Hasilnya, bahwa metode Tilawati mempunyai banyak kelebihan dibanding metode lainnya. Penerapan metodeTilawati di TK-TPA Nurul Istiqamah kemudian diikuti oleh TK-TPA lainnya. Apatah lagi setelah suaminya ditunjuk oleh Tilawati Pusat di Surabaya sebagai Ketua cabang Tilawati di Gowa; seakan mendapatkan payung baru untuk lebih berkreasi ataupun berkarya. Dibentuklah tim Tilawati baik ikhwan maupun akhwat, yang bertugas mengadakan pelatihan-pelatihan Ustadz/ah demi peningkatan kualitas santri. Sistem pelatihan Ustadz/ah dirancang dan diterapkan, dengan sistem baru.
Dialah Ummu Sunarsih atau biasa dipanggil dengan Mbak Narsih, kini dia hidup bahagia bersama suami dan 2 putrinya. Di rumahnya yang sederhana itu di dekat jembatan kembar Sungguminasa ada TK-TPA Nurul Istiqamah, ada KKI akhwat yang dia tangani, ada pelatihan-pelatihan Ustadz/ah TK-TPA secara berkelanjutan, ada juga konveksi pakaiannya sebagai penopang ekonomi keluarga. Selamat berkarya…… ustadzah. Lanjutkan perjuanganmu. Ummat masih sangat membutuhkan tenagamu. Maju terus, pantang mundur. Tenagamu masih sangat dibutuhkan dalam dunia Spendidikan al-Qur'an.

Kelas VIII: Teorema Pythagoras

Teorema Pythagoras

Pengikut